"Kata Bagai Udara Yang Tak Pernah Habis... Bagai Bintang Yang Mampu Menyeberangi Dimensi Secara Dinamis..."

Rabu, 21 Desember 2011

Ulasan Psikologi Tokoh Satine Dalam Film "Moulin Rouge"


Satine, Dilema Hati Berakhir Tragedi

          Moulin Rouge, sebuah film yang dirilis di awal millenium baru yang meraih beberapa penghargaan bergengsi di ajang film internasional. Salah satu penghargaan tersebut diraih oleh sang aktris utama bernama Satine yang diperankan dengan sangat baik oleh Nicole Kidman. Satine, “aktris utama” dengan daya tarik dan daya pikat luar biasa di Moulin Rouge, tempat hiburan yang semakin hidup dan meriah di malam hari, Di Paris.
        Satine, yang notabene telah menjadi seorang penghibur selama bertahun-tahun, yang hanya bertugas menemani dan melayani tamu-tamu “ayah”-nya, Tuan Zidler, sang pemilik Moulin Rouge, suatu hari bertemu Christian, seorang penulis yang dikiranya seorang Duke yang harus dia layani atas pemintaan Tuan Zidler. Christian-lah yang perlahan-lahan memberikan perubahan dalam hidupnya yang selama ini seperti itu-itu saja. Christian-lah yang membuat dia menambah lagi satu daftar peran sandiwaranya. Christian pula yang membuatnya merasakan dilema besar yang mungkin selama ini tak pernah dirasakan selama hidupnya.
         Bagi Satine, menjadi seorang penghibur adalah memberikan kesenangan dan pelayanan terbaik bagi para tamu, tak peduli bagaimanapun kondisinya, dia suka atau tidak, dia sakit atau tidak, orang-orang tak peduli. Yang mereka inginkan mereka melihat Satine, Sang Bintang Utama menghibur mereka. Satine sangat menyadari itu, jadi meskipun di awal cerita dia sempat pingsan di tengah pertunjukan, dia langsung berpura-pura dalam keadaan baik ketika Tuan Zidler melihat kondisinya. Dia tidak ingin membuat orang lain mencemaskan keadaannya, terutama pada Tuan Zidler, sosok yang mungkin sudah dianggapnya seorang “ayah” yang telah “merawat” dan “mengasuh”-nya selama ini. Satine harus selalu tampak sehat demi melanjutkan kehidupan di Moulin Rouge.
        Karena hal itu, Satine menolak ketika Christian menyatakan perasaan kepadanya. Meskipun awalnya dia cukup tertarik dengan Christian namun dia menegaskan bahwa tidak mungkin bisa mereka bersama. Dia berkata bahwa dia seorang pelacur, dan dia tidak membutuhkan cinta untuk menjalani pekerjaannya itu. Memang itulah kenyataannya. Seorang penghibur atau pelacur seperti Satine, bisa dibilang hanya membutuhkan paras yang cantik dan kemampuan memuaskan tamunya. Dia harus mengesampingkan segala perasaan dalam menjalani profesinya ini. Meskipun tidak suka, dia harus berkata suka, meskipun sedih dia harus berkata bahagia, yang terpenting tamu tersebut senang dan mungkin “ketagihan” untuk kembali lagi. Begitulah tuntutan profesinya yang tak membutuhkan perasaan, cukup kepura-puraan yang ditampakkan melalui wajah rupawan.
          Prinsip Satine itu diuji ketika ada seorang Duke yang mengatakan kepada Tuan Zidler bahwa dia menyukai Satine dan dia ingin benar-benar memiliki Satine. Sementara Christian tetap mengatakan bahwa dia mencintai Satine pula, bahkan dia sempat mengajak Satine untuk pergi dari Moulin Rouge, namun ditolak karena Satine berkata bahwa tempat itu adalah rumahnya. Dia tidak bisa pergi dari situ. Apalagi mengkhianati Zidler yang selama ini telah merawatnya. Namun, lama kelamaan prinsipnya itu luntur seiring dengan kegigihan Christian untuk mendapatkan cintanya. Pilihan yang sempat ditentang oleh Zidler, karena dia tetap berkata bahwa Duke menginginkan Satine. Duke memiliki segalanya tapi Christian tidak. Dia hanya penulis miskin yang pada saat kritis di awal cerita menawarkan konsep baru kepada Duke untuk membuat pertunjukan drama musikal untuk menutupi kesalahpahaman yang sempat terjadi dan supaya Duke tidak curiga jika dia dekat dengan Satine karena dia adalah penulis ceritanya.
         Satine seolah tidak peduli dengan hal itu. Mungkin dia sudah terlanjur jatuh hati kepada Christian. Hal yang sangat jarang terjadi di lingkungan seperti itu, lingkungan yang tidak membiarkan perasaan bisa berkembang begitu saja, karena hal itu dipandang tidak berguna dan tidak menghasilkan apa-apa untuk menyambung hidup. Satine memutuskan untuk bersandiwara supaya Duke tidak curiga dan segalanya berjalan lancar. Namun suatu hari Duke akhirnya mengetahui kenyataan bahwa Satine mempunyai perasaan kepada Christian, dia akhirnya mengancam Satine untuk meninggalkan Christian jika tidak Christian akan dibunuh. Tentu saja hal ini membuat perasaan Satine menjadi semakin tidak karuan karena dia dihadapkan di dua pilihan yang sangat sulit. Namun dengan tegar, di tengah penyakit yang juga semakin membuatnya sekarat, dia memutuskan untuk meninggalkan Christian untuk menyelamatkan hidupnya. Keputusan yang tidak mungkin bisa dibuat oleh orang yang mempunyai ketegaran yang luar biasa. Sekali lagi dia harus bersandiwara untuk meyakinkan Christian bahwa dia tidak mencintainya dan hanya berpura-pura saja selama ini, sama seperti pekerjaannya. Christian yang tidak tahu menyangka bahwa Satine mengkhianatinya, namun di akhir dia mengetahui bahwa Satine memang mencintainya karena di atas panggung Satine membalas ungkapan perasaannya meskipun pada akhirnya Satine harus meninggal di atas panggung. Akhir yang tragis bagi seorang aktris. Aktris yang tidak hanya pandai bersandiwara di panggung namun di kehidupan nyata.
Di cerita ini, perubahan sifat Satine tidak akan terjadi tanpa adanya Christian. Tokoh Christian yang polos dan tulus seolah diciptakan untuk menggoyahkan keyakinan yang selama ini dipegang oleh Satine bahwa dia tidak membutuhkan cinta. Tokoh ini seolah berbicara bahwa semua orang tak peduli siapapun dia, berhak untuk mendapatkan cinta, bahkan pelacur sekalipun. Karena itu dia dengan tulus memberikan cintanya kepada Satine. Karena hidup tanpa cinta itu kebahagiaan hampa, seperti yang mungkin dirasakan oleh Satine selama menjadi penghibur, meskipun dia bisa tertawa dengan gelimangan harta dari orang-orang kaya yang memakai jasanya, namun dia tidak benar-benar bahagia di dalam bathinnya. Selain itu, pada dasarnya manusia itu membutuhkan cinta untuk mengungkapkan perasaan, tidak mungkin seorang manusia bisa menghilangkan perasaan dan kebutuhan dasarnya, bagaimanapun itu. Selain itu, si tokoh seolah berkata bahwa semua orang bisa mencintai siapa saja, tidak peduli siapa dia dan dari mana dia, seperti dia yang seorang penulis yang mencintai pelacur seperti Satine.
Sementara itu, tokoh Duke berperan untuk menambah konflik bathin bagi Satine. Terutama ketika Satine sadar bahwa dia tidak bisa lagi melakukan hal yang biasa dia lakukan sebagai penghibur kecuali kepada orang yang dia sayangi, dia tidak bisa mengkhianati perasaannya. Konflik bertambah dengan ancaman sang Duke yang akan membunuh Christian. Tokoh Duke ini juga mengingatkan bahwa terkadang di dunia ini masih ada saja orang yang ingin memenuhi ambisinya tak peduli bagaimanapun caranya. Terutama hal ini tentu dilakukan oleh orang yang berkuasa. Sangat beruntung bagi Satine yang memiliki ketegaran yang luar biasa, meskipun dia dihadapkan kepada pilihan yang sulit, dia tetap memilih, dia tidak berhenti namun dia tetap maju. Dia tidak memutuskan untuk mengakhiri hidup daripada merasakan beban yang begitu berat, tapi dia tetap menjalaninya karena dia masih menyimpan harapan, meskipun hidupnya tidak lama lagi. Hal yang mungkin harus digarisbawahi di jaman yang seperti ini, dimana banyak sekali ditemukan orang yang dengan mudahnya memutuskan untuk mengakhiri hidup karena tidak kuat menanggung beban yang dimiliki. Padahal seharusnya masih ada harapan yang bisa mereka raih jika tetap maju menjalani kehidupan.
Pesan lain yang bisa didapatkan dari tokoh utama Satine ini adalah kita tidak boleh takut untuk memilih hal yang memang sesuai dengan kehendak hati kita, namun kita tidak boleh lupa untuk berani menanggung segala konsekuensi pilihan yang telah kita buat, karena banyak sekali yang berani memilih tapi tidak mau menanggung akibatnya. Dan juga kita harus bijak dalam menentukan suatu pilihan supaya tidak ada penyesalan di akhir, meskipun berakhir tragis seperti Satine. Tapi pastinya bisa kita lihat bahwa Satine tidak menyesal dengan apa yang telah dipilih dan dijalaninya, dia lega dengan semua itu, dia bisa melewati segala dilema besar dengan teguh sehingga dia meninggalkan senyum di akhir hayatnya.

Praditya Dian Tami Anggara
0911130007

Senin, 12 Desember 2011

Di Suatu Sore


Di suatu sore, pinggir danau yang berkilau tertimpa matahari senja.
.........
day: Mengapa? Mengapa kau mengatakan itu padaku?
mat: Salahkah aku? Salahkah aku mengatakannya padamu?
day: Tidak. Mungkin.
mat: Lalu? Mengapa? Sudah kubilang sebelumnya bahwa aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku. Mengungkapkan harapanku padamu. Kau boleh menjawabnya, boleh tidak.
day: Tapi mengapa kau bisa mengatakan bahwa kau menaruh hati padaku sementara kau sering membicarakan kenanganmu dengan gadis lain? Di depan mataku.
mat: Ayolah, dia bukan siapa-siapaku. Dia hanya sahabat.
day: Tapi kau juga menaruh hati kepadanya kan?
mat: Dulu. Itu masa lalu. Itu hanyalah kenangan yang telah tersapu oldh waktu. Tidak ada hubungannya dengan saat ini.
day: Lalu mengapa kau ceritakan semua itu padaku? Menceritakan kenangan-kenangan indahmu bersamanya? Kenangan yang sampai sekarang masih terpatri dengan jelas di ingatanmu? Dengan binar mata dan kata-kata yang memujanya?
mat: ...
day: Mengapa kau diam? Tak bisakan kau jawab pertanyaan kecilku ini?
mat: Baiklah. Alasanku menceritakan semua itu kepadamu adalah bahwa aku ingin mengungkapkan padamu kalau dia, gadis itu, sahabatku itu, hanyalah masa lalu dari perjalanan cintaku. Tak lebih dari itu. Dia sudah bersuami kau tahu. Sementara, aku berharap bahwa engkau adalah bagian masa depanku.
day: Apa?
mat: Ya. Aku berharap bisa mengarungi sisa hidupku ini bersamamu.
day: Tidak mungkin.
mat: Mengapa?
day: Karena...
mat: Karena apa? Aku tak sempurna? Aku tak pantas untukmu? Ya, aku akui itu. Aku memang masih hina saat ini, tapi aku ingin menjadi permata di hatimu suatu saat nanti, tak peduli seberapa lama waktu yang harus kulewati. Asalkan kau ada di sisi sampai mati pun akan kujalani.
day: Bukan... bukan itu.
mat: Lalu apa? Katakanlah. Katakan saja apa yang hatimu mau. Setelah itu aku akan berlalu, jika memang itu maumu.
day: Aku tak lagi bisa menjadi masa depanmu. Tiga hari lalu.
mat: Maksudmu?
day: Kau belum memahaminya? Aku telah diperistri.
mat: Apa?
day: Ya. Aku sudah bersuami.
*****

Minggu, 11 Desember 2011

Au Secours

Je vois qu'il n'ya personne qui sait
Je vis parmi l'humidite et l'obscurite
Personne ne reve de m'imiter
D'imaginer ce que je fais

Elles ont tort, vraiment elles ont tort
La sagesse et ses promesses
Vide de sens aux apparences de l'or
Et me blessent au paradis des deesses

Reff: Partout, ils sont tous des bijoux
 Et moi au bout, je suis le bijou fou
 Au secours, je m'habiille devant un miroir noir
 Tout le temps, le matin et le soir
 Au secours, je vous attendrai
 Pour me regarder, me lever, et me detacher

Alors, dites-moi doucement
Amenez-moi lentement
Loin de ce chaos bruyant
Mais je ne m'arreterai jamais
Je trouverai la cle

8 decembre 2011



Tolonglah aku

Kulihat tiada seorangpun tahu
Aku hidup diantara kelembaban dan kegelapan
Tak ada orang yang meniru
Bahkan membayangkan apa yang kulakukan

Salah, benar-benar salah
Kebijakan dan janji-janjinya
Tanpa arti di balik emasnya wajah
Dan hanya melukaiku di dalam surga dan bidadarinya

Dimanapun, mereka semua adalah permata
Sementara aku di sana, hanyalah permata gila
Tolonglah aku, aku yang berhias di cermin hitam
Sepanjang waktu, pagi dan malam
Tolonglah aku, Aku masih menunggumu
Melihatku, membangkitkanku dan membebaskan aku

Katakan padaku penuh kelembutan
Temani aku perlahan
Untuk menjauh dari segala kebisingan
Namun aku tak akan pernah menghentikan langkah kaki
Karena akan kutemukan kunci hidup ini

11 Desember 2011

Sabtu, 12 November 2011

Pagi Itu

        
           Pagi itu terasa berbeda. Bukan lagit biru berubah menjadi hijau. Bukan pula salju yang tiba-tiba turun di Negara seperti Indonesia. Bukan. Tapi senyum matahari yang tidak tersembul di langit yang masih kemerahan ternyata berpindah menjadi senyum seorang lajang yang masih baru resmi didaulat menjadi seorang mahasiswa beberapa bulan yang lalu. Dengan semangat dia mengenakan kaos olahraga lengkap dengan celana training bekas kakaknya, serta sepatu kets putih dengan tiga garis biru yang menghias dari bagian samping sampai depan. Senyumnya terus-menerus terkembang meski cuaca tidak senada dengannya.
           Setelah melemaskan ototnya sebentar di depan kamar kosnya yang sederhana, dia menuruni tangga menuju pintu depan. Kamarnya memang terletak di lantai 2, bersama dengan dua kamar lain, sementara di bawah adalah rumah ibu kosnya yang ternyata masih saudara jauh dengan tantenya. Keluar dari pintu depan, dia menutupnya dan memasukkan anak kunci ke dalam lubang yang ada di bawah gagang pintunya kemudian memutarnya ke arah kanan 2 kali.
           Semua penghuni kos yang ada di situ melakukan hal yang sama sepertinya karena daerah itu lumayan rawan kasus pencurian. Sepeda motor terutama. Di bawah tangga tadi adalah tempat parkir kecil bersama. Di situ ada 2 sepeda motor dan sebuah sepeda angin yang sudah lama sekali tak terpakai, terlihat sekali dari debu yang menutupi warna asli sepeda itu dan dan beberapa karat yang sudah mulai menjamur di beberapa bagian yang terbuat dari besi. Sepeda motor itu salah satunya adalah milik teman kosnya dan yang lain milik bapak kos.
          Yak, terkunci. Gumamnya setelah mengecek kembali apakah pintu itu sudah terkunci dengan benar. Kemudian dia memasukkan kunci itu di saku kanan training birunya. Sambil sedikit menahan hawa dingin yang tidak biasa, dia mulai melangkahkan kakinya menyusuri jalan. Tentu masih dengan senyum yang tak hentinya tersungging.
          Sambil lalu dia beberapa kali melihat beberapa warung yang mulai buka meski baru pukul 5.30. Warung pagi yang biasanya menjual nasi pecel. Tidak hanya satu yang ditemuinya di jalan, ada beberapa. Jumlahnya banyak kalau dihitung di seluruh penjuru kota ini. Terutama di daerah anak kos. Pecelnya bisa bermacam-macam jenis. Ada nasi pecel sambal tumpang, nasi pecel madiun, nasi pecel blitar, nasi pecel ponogoro, nasi pecel kediri dan masih banyak lagi. Dia tidak terlalu peduli dengan “judul makanan” itu, yang penting dia akan menyantapnya saat lapar. Jadi bisa dibilang dia tidak terlalu mengerti apa perbedaan jenis pecel tadi. Dan dia berencana akan menyantapnya sepulangnya dari acara jalan pagi sendirinya itu.
          Hawa dingin yang dirasakannya membuatnya beberapa kali harus menggesek-gesekkan kedua telapak tangannya sambil sesekali meniupnya. Dia berharap uap dari mulutnya bisa sedikit membantu meringankan dingin yang dirasakannya. Sedikit terlihat asap setiap dia menghembuskan napas. Ya, memang cukup dingin pagi ini. Namun dia yang lahir di pegunungan tidak mau kalah hanya dengan dingin yang seperti ini. Dia tetap melanjutkan langkahnya. Menyusuri jalan yang masih sangat lengang.
         Belum banyak orang yang terlihat lalu lalang. Apalagi kendaraan bermotor. Jadi udara yang dirasakannya masih sangat, sangat, dan sangat segar. Sangat berbeda jika jam sudah menunjukkan jam kerja. Polusi akan mulai merangsek, menggusur wilayah yang sebelumnya ditempati udara segar itu. Saat menghirup napas dalam-dalam, yang dirasakannya udara dingin  membersihkan paru-paru. Begitu menyejukkan. Karena itulah dia sangat suka sekali udara pagi hari. Dan karena itu pula dia semangat menggerakkan badan keluar kamar meskipun dia harus merelakan bulu kuduknya berdiri untuk beberapa saat lamanya. Tak apa, asal badannya sehat dan segar. Tidak melulu mendengkur di bawah selimut tebal sampai matahari hampir sejajar dengan kepala.
         Beberapa kali dia berhenti dan kemudian melakukan sedikit senam untuk bagian kepala, tangan, pinggang dan kakinya. Kemudian sesekali dia lari kecil dan akhirnya dia melakukan sprint. Setelah dua-tiga kali dia mengulangnya, dia melemaskan tubuhnya sambil melanjutkan perjalanannya. Akhirnya dia berhenti di sebuah taman bundar di depan hotel. Taman yang cukup cantik, beberapa bunga ada di situ, anggrek, mawar merah, putih, pink dan rumput hijau yang biasa ada di halaman villa mewah, sangat segar mengelilingi sebuah air mancur mini yang disusun berundak.
         Di situ dia duduk selonjor sambil melihat sekeliling. Menikmati indahnya pagi meski tanpa mentari. Banyak orang yang melakukan aktivitas yang sama sepertinya. Tak jarang yang membawa hewan peliharaan mereka. Anjing yang paling banyak. Sedikit begidik dia setiap melihat anjing yang berukuran cukup besar dan berwajah sadis. Scrabby-doo mungkin juga tidak akan menang menghadapi anjing model itu, batinnya. Dan dia berharap tidak ada seorang pejalan kaki-pun yang membawa ular sebagai teman seperjalanannya. Semakin dibayangkan dia semakin begidik, jadi dia memutuskan untuk mengganti topik lamunannya.
         Saat mengedarkan pandangannya ke kiri, dia melihat petugas kuning menyapu sampah-sampah yang berserakan di jalan. Dengan santainya dia memungut sampah yang terkadang tidak mempan dihadapi dengan sapu lidi besar yang gagangnya berwarna sama dengan seragam yang dipakainya. Perlahan jalanan yang tadi lumayan kotor karena berada di bawah rindangnya pohon mulai menjadi bersih. Dia terus memperhatikan sampai pekerjaan bapak yang dia perkirakan sudah berumur di atas 50 tahun itu hampir selesai. Jalanan sudah bersih. Dia tersenyum melihatnya. Tinggal tumpukan sampah yang terkumpul di masukkan ke dalam gerobak kuning, maka bapak itu akan menyelesaikan tugasnya di wilayah ini dengan baik. Dia memperkirakan bahwa bapak itu akan berjalan ke titik lain untuk melakukan hal yang sama. Membersihkan jalan.
         Kemudian dilihatnya ada pejalan kaki bersama anjingnya lewat di depan bapak itu. Dia terlihat sedang minum sesuatu dari sebuah plastik. Mungkin air minum atau minuman rasa-rasa, pikirnya. Orang itu terlihat mendongakkan kepala sambil memeras plastik itu. Sepertinya dia ingin menghabiskan minumannya hingga tetes terakhir. Setelah itu dia membuangnya begitu saja. Bukan di tempat sampah atau menitipkannya kepada bapak petugas kuning tapi dengan acuh membuangnya sembarangan di jalanan yang sudah tak bersampah. Padahal jarak mereka hanya sekitar 5 meter. Si bapak sedikit tertegun melihat hal itu, namun tanpa suara dipungutnya plastik tak berdosa itu dan memasukkan ke gerobaknya. Sementara si pejalan kaki terus melangkah tanpa menoleh sedikitpun ke belakang.
        Dia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala sambil mengelus dada. Dalam batinnya dia berpikir ternyata seorang petugas kuning masih tidak dianggap dan kurang dihargai oleh beberapa atau bahkan banyak oknum orang. Padahal tugas mereka tidaklah ringan. Membersihkan jalan. Apa salahnya membuang satu sampah tidak di tempat sembarangan. Toh hal itu akan membuat jalanan menjadi lebih asri. Dan yang menikmati hal itu adalah kita sendiri. Jika di satu titik saja ada satu orang yang acuh seperti tadi, pantas saja kalau jalanan kota ini masih banyak sampah berserakan. Untung ada para petugas kuning yang sudah meminimalisasi hal itu sehingga kota ini tak perlu dipenuhi sampah, begitu pikirnya kemudian tanpa dia sadari si bapak itu telah hilang dari pandangan.

Jumat, 11 November 2011

Di kotak hijau itu

Di kotak hijau itu...
Aku titipkan lagu rinduku
Padamu
Yang telah merebut hatiku
Seiring berlalunya waktu

Di kotak hijau itu...
Aku selipkan perasaanku
Yang tertambat padamu
Semenjak setahun lalu
Saat aku mengenalmu

Di kotak hijau itu...
Kuletakkan benih hatiku
Yang masih berburu
Pelabuhan terakhirku

Di kotak hijau itu...
Ya.. di kotak hijau itu...
Di musholla itu
Aku berikan segenggam cintaku
Yang tak kau tahu.
Ya, meskipun kau tak tahu
Tetap kupersembahkan padamu
Walaupun engkau adalah bidadari keduaku

Senin, 17 Oktober 2011

Voila, c'est ca!

Cet homme ne montre pas son fantome
Cette dame ne suit que sa bete ame
Ils entendent des conseils comme bruits
Ils en transmettent aux matins, aux nuits
Ses tetes sont vraiment durs
Plus que centaines murs
Pendant l'oxygen coule encore
Ils roulent leurs corps
sans peur d'existance au dessus
Ils ne l'ont jamais cru
Meme si l'on donne un miroir
Ils ne font que leurs vouloirs
C'est la diminution de nos espoirs
Donc, n'ajoute pas autre ligne
On trouve deja la signe

Ne l'oublie pas



La seconde ne s'arrete jamais
Elle marche dans sa propre paix
Sans faire une attente
Elle offre toujours sa vente

Tout le monde deviendra un cochon
Qui ne regarde jamais la seconde
Tout voit tout ce qui reste devant
Sans reflechir ceux qui sont dedans

Oublie, oublie, oublie
Puis le coeur ne fleurit
Leurs ame ne seront riches
S'ils s'en fichent

Jumat, 14 Oktober 2011

S’il Te Plaît

Toujours, tu m’attends au bout de la route,
Au coin.
Ce jour, je te sens à côté de la doute,
Tres loin.

Viens chez la lumière,
Mais tu ne tiens que la bière.
Convaincs-moi de garder ta main,
Seulement pour demain.

Jusqu'à la fin de nuit,
Encore tu me poursuis,
Puis, supprime tous les bruits,
Ici, tu sentiras le paradis.

Sabtu, 08 Oktober 2011

curahan hati si Imat dari mimpi

 8 oktober 2011



Unbelieveable!! J’en ai revé!! J’ai revé de Nee… !! Ibanme!! Hime-sama!! Atau terserahlah mau apapun sebutannya… Aku memimpikannya lagi!! Setelah sekian lama!! Waw… entah harus berkata apa.. entah harus senang atau bahagia… bingung… segala perasaan bercampur aduk…
            Aku lupa… kapan terakhir kali aku memimpikannya… yang jelas sudah lama… padahal aku juga sedang tidak terlalu memikirkannya… ya, semua berjalan seperti biasanya… atau itu malah keinginan dari hati yang terdalam…? hmm… tak tahu lagi…
            Pokoknya hal ini jelas cukup mengejutkanku. Bagaimana tidak, dari Mes Trois Déesses, yang paling sering muncul Ibanme, namun ketika vakum mengisi mimpi, Nibanme yang datang. Sanbanme juga cuma sekali kurasa –dan baru ku tahu kalau ternyata Sanbanme udah punya gandengan- . Setelah masa vakum sekian lama, tiba-tiba Ibanme yang muncul, di malam pertama setelah sebulan aku tidak pulang ke home sweet home
            Mungkin kedengarannya klasik dan biasa saja, tapi bagiku pribadi tentu ini seperti salah satu obat untukku… hehe… ya anggap saja sebagai ganti tidak bertemu muka untuk setahun ke depan… paling tidak aku bisa bertemu dengannya di mimpi… bertemu dan bisa sedikit lebih dekat dengannya yang sulit kulakukan di dunia nyata…
            Mimpiku (atau juga mimpi semua orang ) terasa begitu nyata, seolah-olah semua itu bukan mimpi, namun kenyataan. Realita. Tak terasa sama sekali jika semua itu hanya taburan bunga alam maya.
            Kalau diceritakan sih mungkin biasa saja, karena sulit sekali untuk bisa mengungkapkan kejadian yang telah terjadi dalam mimpi sesuai dengan keadaan saat itu, dengan segala campur aduk perasaan yang kurasakan saat aku belum terjaga. Namun bisa dibilang pertemuanku dengannya di alam bawah sadar itu terbagi dalam dua sesi.
            Sesi pertama aku merasa kami berada di suatu ruangan kelas. Kalau menurut ingatanku sih, bentuk bangunan kelas saat itu mirip sekali dengan bentuk ruangan kelas 3 SD- ku dulu. Menghadap ke utara dan ada anak tangga di depan kelas. Dari semua ruangan yang pernah kusinggahi, memang ruangan kelas 3 SD ku itu yang paling mirip.
            Awalnya seperti biasa, aku sungkan dan tak berani menyapa ketika dia ada di dekatku, mungkin hanya seulas senyum simpul saja yang bisa kuberikan sebagai ganti salam sapaan. Aku berdiri di depan kelas sambil memainkan handphoneku, sepertinya waktu itu aku sedang menunggu seseorang, tapi aku lupa siapa itu. Dan di dalam kelas itu, dia sedang ngobrol dengan mantan anak asuhnya yang juga menjadi teman sekelasku, Sitro. Entah apa yang mereka obrolkan, yang jelas saat itu aku bisa melihat bahwa mereka tampak cukup akrab, ngobrol dengan santainya, dan sesekali bisa tersenyum dan tertawa lepas. Aku ingin sekali dari dulu bisa seperti itu. Namun tidak pernah terjadi. Atau mungkin, kelemahanku sendiri yang membuat semua itu tidak pernah terjadi selama ini? Mungkin. Bisa jadi.
            Tiba-tiba saja saat aku melamunkan sesuatu, Sitro menepuk bahuku dan berkata,” Eh, Mat! Dipanggil Mba Nina tuh! Katanya pengen ngobrol tuh… ehm ehm.. cie cie…”
            “Apaan sih..? Biasa aja napa? “ sungutku sambil menahan mukaku yang memanas karena malu.
            Sesampainya di sana malah suasana saling diam yang terjadi, entah kenapa dia agak memalingkan muka, sambil memainkan kakinya yang menggantung di sisi meja. Dan saat tidak ada suara itu, keheningan dipecah oleh godaan Sitro yang kali ini diarahkan kepada Mba Nina.
             “ Udah, sana… ngomong deeh… kok malah dieem… tadi siapa hayo yang suruh manggil si Imat.. ?? katanya pengen ngobrol berdua… cie… cie… pengen ngobrol berdua nih ye… ehm ehm… nah, Maat… noohh… ngobrol sana… cie cie… Imat… uhuyy… ehm… ehm…“
            Sitro terus saja menggodaku dan Mba Nina sambil sesekali menyenggolkan sikunya. Tentu saja hal ini membuat aku dan Mba Nina semakin malu. Sepertinya mukaku sudah sangat merah saat ini. Dan panas. Mungkin Mba Nina juga sedang merasakan hal yang sama, namun dengan lebih tenang dia menimpali godaan Sitro.
            “Udah deh, Tro…”
            Singkatnya –karena aku sendiri juga kurang begitu jelas detailnya bagaimana- kami akhirnya mengobrol bertiga. Lagi-lagi aku agak lupa dan kurang begitu ingat apa yang kami obrolkan saat itu. Kalau tidak salah Mba Nina curcol tentang sesuatu dan kalau tidak salah lagi tentang rencana kepergiannya setahun ke negerinya Nakamura.
            Satu hal yang sangat mencolok saat itu yang mungkin agak sedikit berbeda dengan keadaan asli di dunia nyata, dia bercerita dengan agak sedikit menggebu-gebu dan sangat medhok jawanya. Haha… gaya bicara dan suaranya saat itu mirip sekali dengan salah anak asuhku waktu ospek kemarin yang sedaerah denganku… hehe… padahal seingatku, suaranya itu rada gimanaaa, gitu… agak serak mungkin ndak bisa dibilang full serak juga, tapi ya begitulah. Sulit untuk mengatakannya dengan jelas… karena jujur, aku jarang sekali mendengar suaranya…
            Nah, kemudian setting mimpiku berpindah tempat ke sebuah rumah yang cukup bagus dan mempunyai halaman yang nyaman karena ada taman di situ. Hmm… kalau sekali lagi dimiripkan dengan keadaan asli, untuk rumahnya aku kurang tahu, tapi kalau jalan di depan rumah itu mirip jalan yang kulalui kalau aku pulang ke rumah. Jalannya sedikit menurun mirip di daerah sumber rejo. Ya, daerah itu. Di jalan yang sedikit menurun itu ada jalan masuk sendiri yang tidak terlalu jauh mungkin sekitar 10-15 meter saja hingga mencapai rumah itu. Dan di situ lagi-lagi aku melihat Mba Nina.



            Surprisenya, kali ini dia tidak mengenakan kerudung! Tidak seperti biasanya yang selalu tertutup rapid an rapat namun manis, kali ini penampilannya terbuka dengan memakai atasan yang bentuknya mirip kemeja yang agak berenda dan menggunakan rok biru gelap yang panjangnya masih di bawah lutut. Kalau tidak salah rambutnya yang tergerai sepanjang bahu atau sedikit lebih panjang dari itu. Kalau yang aslinya tentu saja aku tidak pernah tahu karena aku tidak pernah bertemu dengan dengan sosoknya yang tanpa busana jilbab lengkap yang anggun dan manis. Dan aku lebih menyukai tampilannya yang seperti itu. Makanya aku agak kaget walaupun hanya dalam mimpi dia tidak tampil tertutup.
            Lalu satu lagi yang membuat hatiku remuk redam adalah ternyata dia telah mempunyai gandengan… Hiks… T-T   kalau tidak salah sih sudah bertunangan, -di mimpiku itu lo ya… kalau aslinya, sekali lagi aku menjawab tidak tahu karena aku sendiri juga tidak terlalu dekat dengannya… suer deh…- huwaa… di situ pengen nanges rasanya… soalnya si Mba udah keukeuh banget dan uda bilang pula kalo gada harapan lagi buatku n dia bakal terus ama itu cowok… aku nggak tahu jelas gimana wajahe, yang jelas rada kabur… entah emang wajah itu cowok di mimpiku emang kabur ato penglihatanku yang mulai nggak jelas gara-gara air mata yang uda mulai tergenang… aku nggak tahu. Pokoknya badannya ajib banget deh… lebih tinggi dari si Mba, trus rada kekar juga. Porsi badan ideal pokoknya mah…
            Terus habis itu, aku kebangun. Sambil merem melek antara sadar n nggak sadar. Itu t`di aku mimpi? Itu tadi Nee? Kok kayaknya deket banget ama kenyataan ya? Nggak kayak mimpi…  Apa ini merupakan pesan tersembunyi yang sebenere pengen disampein Nee ke aku…? Supaya berhenti berharap…? On ne sait pas… Wakaranai…



"Hayoo.. Imaat... lagi ngapain hayo??" suara kakak perempuanku mengagetkanku dari belakang.
"Ah.. ng.. nggak lagi ngapa-ngapain kok kak.." jawabku gelagapan
"Trus? itu apaan?"
"Bukan apa-apa..."
"Surat cinta ya... cie... Imat sekarang udah tambah gedha nih ye..."
"Bukan kok kak, cuman curcolan kecil... "
"Curhat? kok nggak langsung ke kakak?"
"Nggak begitu penting kok kak, jadi lebih baik di sepucuk kertas kosong putih ini saja aku menuliskan apa yang sedang ada di pikiranku."
"Widiiihh... bahasamu... uda berlagak jadi pujangga nih... ya udah... lanjutin sana gih... tapi jangan lupa kalo ada apa-apa cerita aja ke Kakak...soalnya walopun umurmu uda hampir 20 tahun,  kamu masih butuh banyak advice terutama di bidang jalinan kasih sayang... hihihi..."
"iya, iya Kak.. nggak usah dibilangin juga udah tau... lagian mau cerita ke siapa lagi kalo bukan ke kakak? Mama Papa kan udah..."
"Sstt... udah, nggak usah dilanjutin. Mending kamu nongkrong aja gih di depan kertas putih tercintamu itu."
Aku mengangguk tanda mengerti.

Rabu, 05 Oktober 2011

Beri Aku

Beri aku genggaman
Satu saja,
Tak apa.
Darah di tangan,
enggan berhenti
Habis mendaki
Capai ingin kukikisi.

Beri aku genggaman,
Lalu senyuman,
Biar sekedipan.
Biar berkawan,
Agar tali terajutkan
Capai ingin kusisihkan.

Beri aku genggaman,
Lalu senyuman,
Kemudian dekapan..
Biar hangat badan,
Agar jauh rentan
Capai ingin kujauhkan.

Beri aku genggaman,
Beri aku senyuman,
Beri aku dekapan,
Beri aku kehangatan,
Dalam kesempurnaan..
Beri aku
Selalu..
Beri aku
Akupun begitu..
Padamu..
Aku.. Kamu.. Satu.

Pengakuan

Tanpa suara,
Dimana-mana..
Masih ada..
Bertapa,
Entah..
Menghampa..

Ukiran.. Bukan.
Sebatas kata-kata bisu,
tanpa ucapan..
Dalam catatan,
Dalam wujud tulisan,
Dalam angka rahasia perseorangan,
Dalam kesendirian,
tercurahkan..



Ada? Ya.
Pasti? Pasti.
Satu? Utuh? Tidak juga..
Mendua? Mungkin.. Bisa lebih..
Lalu? Biar saja..
Usah dipaksa..
Yang di sana, yang di situ, yang di sini..
Di sana, di situ, di sini..
Dia, kamu.. Di sini.
Masih beda porsi..
Oui.
Kuakui.
Kusadari.

Selasa, 27 September 2011

Ironi Kita

Bilamana kau ada
aku tiada
bilamana kau bernapas lega
aku meregang nyawa
ironi kita
bak selatan dan utara
tak bertemu di ujung dunia rata
bagai bimasakti dan andromeda
beda dimensi, beda masa
ironi kita
layaknya bulan merindu surya
seperti mayat menghirup udara
ironi kita

Selasa, 13 September 2011

Ketika Alam Menyapa



Senja telah sampai
dengan pendar sejuta damai
lembut terurai
tapi, tak biasa.



Surya meninggi
di tengah langit yang berani
ketenangan menepi
tapi, itu tak biasa.





Malam memberi salam
tiada taburan bintang bulan temaram
pun tanpa kelam
itu, juga tak biasa.







Alam tebarkan pesona
dengan berbagai cara
kita cuma bertanya
bagaimana,
mengapa.

Sabtu, 27 Agustus 2011

Me and ...

            Ehm.. sebelum mulai kayake enakan salam dulu deh…                       
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh… ^^
            Ndak usah kenalan wes ya… wes kenal kabeh ae low… :p
            Ehm.. enake dimulai dari mana dulu ya?? *bingung
            Dari sini dulu aja deh… kalo dari sana ntar kejauhan… *nggeje
Oke… Semua ini berawal dari keinginanku memenuhi target awal sejak semester awal dulu… Yaitu… jadi panitia PKK Maba alias ospek.. Ya… semua berawal dari situ…

Jujur, awalnya aku ngerasa males buat ikut, aku lagi pengen rehat, pengen refreshing, pengen liat laut *live action*, pengen ke pantai, pokoknya segala macam hal yang memanjakan diri… pengennya ikut panitia ospek tahun depan aja deh… Tapi atas saran dari Hanno Gherrafy –yang kemudian jadi kapel- , dia bilang “mending sekalian sekarang aja kalo mau ikut, biar ndak ada tanggungan tahun depan, biar bebas tugasnya tahun depan” (kurang lebih gitu lah ngomonge, didramatisasi dikit gapapa lah…), akhirnya luluh juga hatiku, apalagi tak liat2 kok yang anak perancis sepi2 aja dari pencalonan kepanitiaan… yaudah… akhirnya, bareng adekku, Azula, alias Anna Rakhmawati,  aq ikud kepanitiaan ini (n beberapa orang yang lain juga sih).. eh, nggak disangka, padahal aq rada asal jawab interview, aq diterima jadi anggota panitia…jadi advisor… untuk kedua kalinya setelah Student Day tahun lalu… tapi tragisnya Azula jadi sekretaris… hehehe :p

Habis gitu, kumpul2 dimulai, yang bahas ini lah, bahas itu lah… buanyak yang dibahas pas rapat… akhirnya ditentuin juga pasangan advisor tiap kelompok… aq kebagian Retno Tantri… Retno Tantri? Sapa tuh?? Aq tanya temenq, Anna, dia kagag tau… Tanya yang lain juga kagag tau… kesimpulan awalku, wah, ni anak ga begitu eksis rupane… yaudah.. terima nasib aja… ntar sapa tau isa akrab…  pas pertama kenal kirain rada jaim or piye gitu… ternyata setelah kenal Yaa Allah yaa Raabbb…. NGGUAPLEKI POLL…SUMPAAHHH… ni anak ternyata rame… sejenis n selevel ama aku ternyata (mungkin aq lebih parah, dikit, ato dia ya yang lebih parah?? )… hahaha… dalem ati aq bilang… cihui… berarti ntar kelompokku minimal nggak kayak kuburan, coz minimal ada 2 orang sedeng yang nemenin… :D Trus trus.. qta punya panggilan kesayangan low… *hoek :p Aq manggil dia Bulek… dia manggil aq Pak dhe… yaudah.. semua berjalan dengan segala persiapan ospek yang sedikit menyita liburan… berhubung aq wes niat.. ya tak jalani lah.. wong pilihanku dewe… yo ga??

Lanjut, singkat cerita, qta uda hampir sampe pra ospek alias ngumpul ma Maba pertama kali… gathering gitu lah bahasa asoynya… aq ama dia kebagian kelompok 12, zona Eropa, nama kelompoknya Italia… awalnya seh pengen dapet India or Perancis gitu… nek India ntar yel2 e aq isa nyumbang lagu India… nek Perancis, tugas terakhir ciri khas ntar mereka isa tak suruh bikin coq au vin aja, ntar selesenya isa dimakan bareng… :p ( bagi yang ga tau coq au vin, silakan di search) nah, si Bulek tak suruh nyantumin nomer hape buat jadi CP ( bukan Chakra Point, tapi Contact Person ), tapi dia kagag mau… yawes, sing lanang ngalah…timbang bubrah… dadine nkuk nambah masalah… so, nomerq yang dipampang… gantine, Bulek bagian buat contoh name tag n bendera (maklum, aku gaptek, dadi mending aq golek aman ae timbang ga mari2 contohe…) persetujuan didapat.

Hari kamis, tanggal 11 agustus, sms pertama dari Maba masuk. Ngakunya sih namanya Riska. Katanya temennya, nama dia ada di kelompok 12, kelompok yang aku pegang. Jujur, sebenere aq belom tau apa2, emang si dibilangin kalo nomer bakalan dicantumin, tapi tak kira nunggu fix jumlah maba smpe tgl 12, ternyata fixnya dicepetin..ga tau sapa seh yang nyuruh…, ya walhasil…aq masi ada di atas kasur n lagi kiyep2 waktu itu… dapet info kayak gitu kaget ding… alamat aq kudu berbenah diri n kudu berangkat ke kampus ntar liat pajangan di mading… apalagi sms uda mulai masuk satu per satu yang nyantumin nama, kelas, nomer absen…. eh ngawut!! Duduk ding! Nama, jurusan n penyakit yang sedang or pernah diderita. Sms pertama tadi cuman kasih nama n tanya2 dikit si Riska (aq ga tau prosedur e masian jadi belom jadi masalah), baru sms kedua yang ada format kayak tadi, pengirimnya Natalia Christian D… dari namanya se kayake cewek… ternyata beneran… aq rada cekikikan pas baca namanya, bayangin nek misale namane disingkat, jadi Natalia CD donk.. Xixixi :D pas baca penyakit yang diderita uda tercantum 3, asma, alergi, maag… pikirku… ih, ni anak penyakiten banget se?? perasaanku jadi makin ga enak, dan ternyata 7 sms yang masuk di tanggal itu, emang rata2 anaknya pada penyakitan… rata2 seh maag n atsma soho yahoo… ada pula yang typhus (si Higar) n darah rendah (si Rosi)… wuzz… bakal rada repot ni ntar… - -a

11 sms mengisi hari kedua, tanggal 12 agustus yang harusnya jadi batas akhir konfirmasi ke advisor… yang ga berpenyakit alhamdulillah nambah… ada beberapa… cihui…beban sedikit berkurang… tapi aq langsung shiyock pas salah satu maba bernama Anggistia bilang kalo punya maag kronis yang mengharuskan dia makan tiap 4 jam sekali… (awalnya aku bingung gimana caranya dia makan nek pas lagi tidur…) sama si Nisa Eka yang bilang kalo punya lemah jantung n sering sulit bernapas (aq sempet kepikiran mau bawain pompa ban..)… #plakk aq langsung nepuk jidat… widiiihh… nek sakit ga tanggung2 ternyata… aneh2… dan hari itu tak pikir, dari 29 anak yang terdaptar, cuman 18 orang ni yang sms… yaudah.. yang laennya gudbay… gitu pikirku…

Pikiranku salah… pas lagi sahur ternyata ada lagi yang sms… - -a namanya Veronica Young… katanya dia kembar.. kirain namanya Veronica Old, ternyata bukan… Nah bis si Vero sms hape sepi, pagi aku rapat ama Bulek… eeeladalaaah… ada lagi yang sms… lumayan mepet ama jam ngumpul.. jam 9 bo’ baru sms… tau gag sih yeiy…namanya M. Sholeh… sempet pula tu anak nelpun pas lagi tegang2nya rapat… tapi oke.. masalah itu rebes… ngumpul2 isa sesuai rencana walopun awalnya mereka bingung dimana ngumpulnya, walopun aq uda bilang ndek gringres tapi secara mereka kan ga tau aq yang mana… aq kan bukan super star, kaya dan terkenal.. q juga bukan saudagar yang punya banyak kapal… aq kan juga ga mungkin belagak jadi kayak penjemput orang di bandara ato jadi waria (maaf yang merasa tersinggung dengan sebutan ini…) yang bawa2 papan penunjuk ronde tinju sambil gaya2 lemah gemulai lenggak lenggok sana sini… tengsin bo’… banyak orang di situ… aq sempet kayak cacing kepanasan saking bingunge bales sms ato jawab telpun… tapi alhamdulillah pertemuan itu lancar… (2 orang yang konfirmasi lom bisa dateng, si Riska katanya masi di Jakarta sodaranya bis umroh, masi ada sedikit selametan… n si Jasmine katanya baru berangkat shubuh dari Madura… - -a ribet ternyata…)

            Oke, kumpul2 selese habis bahas ini, itu, ina n inu… katanya ketua terpilih besoknya mau kumpul di tempat Vero… oke.. aq setuju aja… aq n istri insya Allah mau dateng… dan tiba2… kumpul2 wes buyar… ada lagi 2 sms masuk buat konfirmasi… hadeeehh.. - -a 22nya cewek… Navida n Suprapti… bathinku berkata… kemane ajee Nooon… - -a tanpa pikir panjang langsung aja tak kasih nomer si ketua… beres masalah… 22 orang akhirnya yang konfirmasi ke aq…

            Tanggal 14, di rumahnya or kontrakannya or kosannya or losmennya (or apa sajalah namanya terserah padamu) si Vero, kelompok 12 Italia berkumpul membicarakan segala macam hal demi menyongsong ospek, mulai tugas dekaka… ada golongan diem tapi kelar macam Amel, Riska, Rosi, Natalia, Gita, Eka, Erly, Sunyak (Ayu Sukma), Ghenia, Navida, Jasmine juga kelar, Diah juga walopun sempet antri puanjuang buat ambil almamater… dan ada pula golongan cerawak tapi ga kelar2 macam Indhana Zulva, padahal, temene si Sasa sebagian uda kelar… si Nisa bagian koordinir or jahitin selempang misenmas Italia…cowok2 macam Sholeh, Feris n Chandra ada di ruang tengah, belajar jadi tukang kain… tapi waktu itu sempet ada sedikit nona berdiri di bawah alias misunderstanding… janjian kumpul jam 9 di tempat Vero, tapi ada seorang “ketinggalan” di UB sampe jam 10… Dialah Laila Canggung.. eh Laila Purnama Sari… haha owalah Nduuk… melasmu… :D eh.. ada lagi… ketua kelompok ternyata sampe saat itu masi tidur…!! Njaluk dikeplak rupane… alhasil nomere ga isa dihubungi… mau ga mau, aq ma Bulek nunjuk Mama Bear, alias Amalia (padahal sendirian terus) buat gantiin sementara si Higar.. jadi pusat info istilahnya… salah satunya keluhan dari Jasmine yang ga bisa hub ketuane… tapi habis dikasi tau, akhirnya dia nongol di depan rumah Vero sambil keluar dari mobil… wwuuuzzz…. Nah.. saat dikira masalah kelar, ternyata nggak… korban muncul lagi satu… namanya Suprapti… katanya (kalo ga salah) dia di FIB sampe jam 11… wkwkwkwkwk… aq sebenere pengen ketawa… tapi tak empet… (padahal waktu itu nek ga salah wes ngakak.. :D hahaha ternyata ada yang lebih parah darimu Laila…:D ) Oke… seru2an di tempat Vero masih berlanjut… paling seru kayake pas bikin yel yel kelompok deh nek ga salah… Xixixixi… kabeh metu gapleke wes, walopun ada juga golongan pendiem yang ga bakal ngomong kalo ga dicubit… hahaha… Yel yel yang lumayan nggapleki pun akhirnya jadi dengan susah payah…

Prememory… hari pertama tanggal 15 agustus ospek fakultas lancar… malah ada yang sms aq katanya pengen lagi gara2 asik.. . ntuh.. si Mama Panda… Denisa Rokhman… si pemilik nama hemaphrodite… :p
Malam itu, habis tarawih, aq se nyante2 ae cz ospek fakultas masi lusa kan… tapi aq lagi2 super duper shiyock pas ada sms yang masuk n isinya tentang konfirmasi… namanya Januar Handika Putra… ASTAGHFIRULLAHAL’ADZIIIMM…. Innalillahiii… ternyata masih ada kaum yang jadi anggota Negara tertinggal…. Hash… Hiiiihhh… pengen tak remet-remet kayak Mie Gemmez asline tapi ga jadi… ga pake lama.. langsung lempar ke Higar… satu lagi yang bikin sebel dari smsnya ntu anak, selaen telat beberapa hari n ngirimnya malem bis tarawih… hurupnya pake kapital semua… kalo kata temenku kayak orang mau ngajak berantem…. Hadeee… - -a masalah ini pun akhirnya mau ga mau diselesaikan keesokan hari pas ngumpul2 kelompok di depan gerbang FK… fyuh… kesabaran lumayan diuji… tapi nayamul lancar kok…

Prememory lagi apa ga yo?? Prememory aja deh… nek terlalu detil ntar malah kayak novel ga selese2… yah intine ALHAMDULILLLAAHH… OSPEK 4 Hari BERJALAN LANCAAARR (terutama untuk yang Ormawa low yo… nek ordik ya.. silakan dinilai sendiri… :p) SUKSES PULA DENGAN ENDING YANG AJIIIBB….     I WILL MISS THESE MOMENTS VERY MUCH…. T-T okelah ada anak2q yang kena ukum gara2 tugas salah dekaka ato mereka2 yang pada tepar…wes biasalah itu… emang suda sewajarnya… salah itu biasa asal ga dibiasain… badan sempet capek juga si cz kadang disuruh gotong2 Maba yang collapse mulai dari kelas ringan (langsing) sampe kelas super berat (Ndut pol) ga masalah… tinggal dilempar ke medical… untung kakak2 medical baek , sabar n ga sombong… ;p kadang juga nungguin sapa yang ada di situ… untung pasanganku juga sangat pengertian… jadi isa lumayan bagi tugas… heehee…:D

En.. en.. tau ga siih… kelompok 12 Italia dapet juara kelompok paling kreatif low dari tugas akhir ospek e… hahaha dari tugas suruh bikin sesuatu yang khas dari Negara yang jadi nama kelompok… kita bikin 3 makanan dari barang2 yang pastinya ga bisa dimakan… kita bikin pizza in the box en spaghetti.. (ato pasta ya?? Ya pokoke itulah… walopun menurutku namanya Italia, tapi dari gambare seh mirip mie telor kuning n indomie biasa…) no problemo masalah itu… yang penting kita dapet satu title yang cukup bergengsi Italia… you got it… I’m proud of you…!! Yeeiii..!! \(^.^)/ en… stiker kenang2an berjudul The Most Creative Team kini telah tertempel dengan elok di pintu kamarku tercinta… di kamarku low… bukan kamar kos… :p

Kebersamaan yang singkat… cuman seminggu kalo ga salah hitung… tapi kerasa lama.. n kerasa berkesan banget… suer deh… jujur… aq ga nyesel ikut kepanitian ospek tahun ini n ketemu anak2 kelompok 12 Italia… you’ll start your way from now guys… be carefull… although Bulek and I won’t be always beside you… but we have an optimisme that you’ll be able to stand in your own feet and get the best here… in our faculty… makane ntu… ntar pas waktune Student Day… kalian juga kudu baek2 ya ama advisor kalian… ojo ndablegh2 Nduk… Le… oke… mereka ntar juga bakal jadi pendamping kalian… jadi Ibu Bapak kalian juga… lebih lama dari kita… berhubung pas ospek kita uda dapet juara, pas Student Day ntar nek ada kompetisi kalian juga kudu isa menang lagi doonkk.. dengan apapun nama kalian… entah tetep Italia ato berubah… okeh..?? ^^

Tenang aja… don’t worry be happy… we’ll always be in the same family… 12th group… Italia Mammamia… yang laen nggak enak… hehehe ^^
Nek kepingin ngumpul2 lagi yo monggo2 aja… semoga bisa menyamakan waktune… nek kepingin sms… or curcol… via ef be or directly binti orally… juga monggo… insya Allah kalo kita2 ada waktu… oke… don’t be sungkan2…                 Mizz u All … maka dari itu… berhubung Idul Fitri suda deket… aku khususnya… sebagai (mantan) advisor kalian mau ngucapin mohon maaf… ndak usa sebanyak2nya… tapi seikhlasnya saja… kalo misale selama aku jadi pendamping udah banyak bikin salah ama kalian… secara sengaja ato ga sengaja… secara langsung ato ga langsung… aq mohon maaf… aku cuman manusia biasa yang sering buat salah… oke… merci en avance… CU^^

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…


NB: Sedikit kesan tentang para personil kelompok 12 Italia yang kukenal (urutan bukan prioritas kok… tenang aja.. ^^v)

Bulek Tantri : Suwun yo Bulek… Doumo arigatou Gozaimasu uda jadi partnerq yang baek… :) Terima kasih atas segala bantuane selama ini… oh ya… dhuwite ngeprint n laminating belom tak bayar yo?? Gomen ne… insya Allah nek enek rejeki tak traktir wes… hehe… jo lali karo aku yo Bulek.. :p pertahankan kegaplekanmu, Mban…. Hahaha :D

Riska : Hhmm… Nduk… aku belom terlalu kenal kamu… soale kan kamu beberapa hari juga tepar toh… hehe jaga kesehatan Nduk… kamu cuman belom terbiasa aja ama udara dingin malang jadi sering kumat… sori ya.. awale aku salah orang.. kirain kamu si Addiena Ryska.. ternyata Apriska… :) hehe makanya kok kamu isa bahasa perancis… xixi :p

Amel : Hai hai… Mama Bear… hehe enak low manggil kamu Mama Bear… lha badan kamu paling gedhe sih… :) xixi… berjuang yo Nduk ndek prodimu ntar, maklum kan tergolong baru juga kan sastra Cina… masi isa kan jadi pusat info nek ketuamu masih molor?? :D satu yang kusyukuri selama ospek… kamu nggak collapse… :p

Sunyak : Woi Nyak… haha jeneng mu ilow… teko ndi seh?? - -a he… taukah?? Kamu ilow asline nggapleki pisan, Nduk…  :) tapi kok gaungmu masi kurang terdengar yo?? Eksiso a… kamu masi terlalu banyak diem… rame nek ndek sms thok sik an… haha eh eh… jo lali golek komik onlen XXX hihihi… favoritmu kan… ? :D nek minat tak saranin ke www.manga123.com  hehe :p

Chandra: Wah.. ini dia abang Bekasi… tau ga se low… :p jangan lupa belajar bahasa jawa yo Le… :) temenku yang dari Bandung aja uda lumayan fasih… kamu pasti bisa… hehe oya… kamu juga masi kurang eksis tuh… tunjukkan dirimu… ga usah malu2… wes ndak usum jaim2an itu… hehe eh, kamu sekarang lagi cinlok ama sapa seh di kelompok 12?? :p

Sasa : Kalo Amel jadi Mama Bear, kaolah Mama Panda dari Italia… haha Nduk, sing akeh mangan sate kambing ben ga nggeblak mari lungguh suwi… xixixi nek ketemu Sheli salam yo… :p dirimu iki wes rame.. wes nggapleki pisan… hanya tinggal ditingkatkan… :p semangat (yang mengaku2) Bu Wakil Ketua… :)

Diah : Hmm… kenapa yang namanya Diah yang tak kenal wajahnya agak mirip ya?? - -a kayake dirimu deh sing smsane paling dowo karo aq pas ospek berlangsung… kao kan Nduk yang menginterogasi aku malem2?? Padahal aq lagi ndek warnet iku… :) Pokoke ga pakek maen santet2an se ga masalah… jangan lupa tingkatkan produksi bir di kutorejo… okeh.. :p nek kao kreatip, ganti itu bir jadi minuman laen… susu kuda lumping misale…

Erly : Ya.. salah satu Nona Jakarta kita.. haha yang masih kagok ber-akukamu-an… :p tapi nek uda ketemu n ngmg ama Chandra berubah jadi Guweh Eloh… haha rambutmu yang panjang itu berpeluang bisnis low, Nduk… buka toko “killing you softly”… insya Allah laris buat yang lagi patah hati… :p Eh, makasih traktiran jus melon pas bubaran ospek kemaren yak… :)

Feris : Arek Lamongan sing durung krungu abane… hehe cowok yang pengen jadi mahasiswa yang lulus cepet… pengennya nggak masuk organisasi ben isa fokus… ga papa sih… tapi agak eman juga low, Le… ikut aja UKM2 yang isa ngerefresh pikiran dari sumpeknya kuliah… you’ll need it sometimes… :) btw… penggemere peterpan juga tah?? Nek iya, toss…!! :p

Ghenia : Awalnya tak pikir kamu masi sodaraan ama Neville Longbottom… ternyata aku salah… Nduk, kamu masih terlalu dan sangat pendiam… aq hampir nggak pernah denger suaramu… suer deh… - -a hmm… buat meningkatkan produksi suara, mungkin kamu isa ikut paduan suara FIB, E-lite voice… :) sapa tau kao punya bakat yang terkubur…hehe :p Jia You!!

Higar : Ketua kelompok 12 yang harusnya kumpul tapi molor… J tak kira kao tipe yang diem… ternyata lumayan nggapleki kao, Le… hehe tetep pimpin temen2 kamu pas Student Day ntar…or mau turun jabatan?? Haha rundingin aja ntar… :p eh… yang rencana mbolang itu aku serius pengen low… isa nyoba naik gunung or kunjungan ke pantai… ayo2… ntar diomongin bareng2 yo… ^^b j’attends… :)

Indana :  Owalah Nduk… dirimu kuwi cerawak sangat… sejenis ama Sasa…:) tapi kadang masi sering talk more do less, banyak kadang yang belom kao beresin, noh..si Sasa juga bilang gitu… hehehe dirimu pisan kan sing sms paling dowo pas awal2 konfirmasi…?? Sing sik sms smpe jam 12 lebih… sing sempet debat kecil pisan karo aq… heran aq wedok2 kok ga ndang turu2… ckckck - -a

Jasmine : Nona yang berpetualang di Madura untuk sekolah… haha :D kesan pertama, wik?? Arek iki numpak libom… wuzz… tapi pas ngomong gada logat madura yang keliatan… ternyata kao tak asli Madura, Nduk… en… kayaknya kamu deh yang paling sering nraktir qta2… 2 kali seingetku, es degan veteran n gorengan kampung Ramadan…itu hobi kamu ya nraktir orang?? Nek iya, pertahankan!! Haha :D

Januar : Owalah Le… nek wes ngerti omahmu waadoohh mbok yo tekone rodo awal ben ra kteteran nyiapno bhan ospek… untung Alhamdulillah kancamu apik2…ya to? - -a
Kayaknya seh sekarang uda punya nama panggilan baru dari anak2… Jaguar… hmm.. tak kira pendiem… ternyata kao kayak buaya… tenang tapi menakutkan… :) haha :D sudah berapa banyak korbanmu di kelompok 12?? :D

Gita : Fyuh, Nona berpenyakit aneh yang pernah kutemui… makan kudu 4 jam sekali… ckckck ternyata ada ya yang kayak gitu… masi mending 4 jam sekali daripada  15 menit sekali… blangkemen rek ngecapi badhokan terus… haha :D Nduk, walopun kao dari Kalimantan, tapi kao berminat juga belajar bahasa jawa… hehe cip.. :) jangan lupa bawa oleh2 dari primitive runaway mu… :p

Lala : Tahukah Nduk, namamu mengingatkanku padanya…hihi :p bedanya, kalo dia sempurna, kalo kamu malam… kalo dia bulan secara umum, kamu sudah spesifik… yg paling belakang seh sama.. :)  hehe bingung ya?? Ga usah dipikirin deh.. :p hmm.. kao juga masi pendiam Nduk… apa gara2 kata2 favoritmu “yang muda yang mengalah”? haha :D jangan Lonely terus ah signature mu… kelamaan patah hati yo ga asigh… oh ya… enseigne-moi l’arab s’il te plait… pureasu… *begging

Sholeh : Owalah Le… omahmu Probolinggo tapi basamu wes medok Meduro tenan… ckckck suer… dari awal pas telpun, logat meduranya uda kerasa banget.. haha :D kao sempet ikut organisasi wktu SMA, lanjutpun di sini… banyak malah.. tinggal milih yang mana… hehe soale kao juga masi sejenis ma cow laen ndek kelompok 12… kurang ngeksis…oh, ya… pdkt mu uda sampe mana?? Xixixi J terus berjuang Le… :D

Natalia : Yah… inilah dia sodara2 Tacik dari kelompok 12 yang kurang njawani n gampang tertekan n gampang ngambekan…n guampang buanget nangis di pojokan.. haha :D dia ini nih ya… sering kalah omong sama aq…iyo kan Nduk? hehe tapi pas wes ngambeg pol langsung keluar wes bahasa korea ne… pas seneng cz isa mbales aq, langsung ketawa guling2 deh…hehe :) Nath.. Nath… ajarin dunk bahasa Korea… *mata blink2

Navida : Salah satu anggota genk Silent… jarang banget bersuara… kayaknya hemaat banget buat bersuara… ayo.. keluarkan suaramu Vid… \(*.*)/ jangan mau kalah sama yang lain… nek ga salah, kamu pas pra ospek ga dateng, tapi pas ndek tempate Vero langsung muncul… yo kan Nduk?? Tapi di sisi laen, nek pas aq lagi sms nggeje ke semua, perasaan jawabanmu thok Nduk yang paling bener diantara yang laen… suer  deh… dan kao juga yang sejauh ni paling sering ngirim sms “selamat berbuka puasa”.. :)

Nisa : Dara yang satu ini ya, penyakitnya bisa dibilang yang paling bikin kuatir… :p kagag ada acaranya deh tereak2 di sampingnya… bisa2 langsung collapse kayak pas ospek kemaren…haha :D tapi berhubung umure juga setara ama yang 2010, kao termasuk isa menelurkan ide2 n lumayan bisa ngatur temen2mu… kao salah satu adek tingkatku yang paling mandiri Nduk, cz uda kerja buat biaya kuliah… siipp…lanjutkan!! :)

Rosi : Cewek dari Medan temene Bang Togar ini masi belom terlalu bisa bahasa jawa…minta ajarin temen2mu low Nduk… jangan sungkan2… soale kamu juga termasuk silent person… hehe :p kamu termasuk penggemar PSMS bukan?? hmm… depan kosanmu lumayan asik tuh buat ngumpul2… jangan lupa minum jus alpukat nek darah rendahmu kumat… hehe oh ya… yang di FIA (or FE ya??) apa kabar?? hehe :)

Eka : Hm… nek anak dari mojokerto yang satu ini termasuk salah satu yang cerewet… hehe :p gampang lalian pisan… :p makane kadang aq juga rada males jawab pertanyaan yang sama berulang kali… sori yo… penghematan… :D setipe ama Riska juga, nggak tahan dingin, nek ga gitu penyakite kumat… latihan madeh Nduk… adaptasi maneh… suwe2 nkuk biasa kok… nyante… :)

Prapti : Kesan pertama ya seperti yang tertulis di atas… aq ngakak… cz nggu sampe 2 jam low… hahaha :D jo dibaleni maneh low Nduk…cz ga enak ngenteni suwi ikuh… :p sejauh ni kao juga kurang bersuara… sama seperti beberapa orang laennya.. hehe eksiskanlah dirimu… daripada kao nanti dianggap ada dan tiada sama saja… berlaku juga buat yang laen nih… okeh… :)

Vero : Cewek yang belom kuketahui gimana rupa kembarannya… satu2nya di kelompok 12 yang berasal dari Jombang… jadi nek debat wilayah ama mojokerto, pastilah kalah, cz ada beberapa yang berdomisili sama ama aku… hehe :p maka dari itu, untuk mempermudah, tak panggil, Mbang, Jombang… pasti langsung noleh… haha :D gapopo yo Nduk… sama seperti Eka n Riska, ga tahan dingin, katanya seh sering kambuh… :)  oh ya… ada lagi… satu2nya anak di kelompok 12 yang manggil aq dengan sebutan “Cak”.

Ya… segitu dulu aja deh ya… insya Allah laen kali kita lanjut lagi… hehe
One more time I’ll say…. Mizz u all guys… J
ITALIAAA…. MAMMAMIIIAAA….^^



Sabtu, 27 Agustus 2011, seminggu pasca PKK Maba 2011
15:05 WIT ( Waktu Indonesia Trawas )

Rabu, 10 Agustus 2011

Tak Sama Dengan.....




     Bunga-bunga sudah bermekaran lagi. Agak lama aku tidak melihat keindahan mereka. Mataku jadi segar tiap melihat mereka. Apalagi pagi-pagi begini. Momennya sangat pas, karena masih ada bulir-bulir embun yang menghiasi bunga dan dedaunan bagai permata. Tiap melihat bunga-bunga itu, aku jadi semangat. Semangat untuk mulai melatih raga seperti biasa. Ya, aku seorang karateka. Meski belum terlalu ahli. Okelah, kalian bisa menyebutku pemula, karena memang baru dua tahun aku mendalaminya.
       Ada alasan tersendiri aku mengikuti salah satu beladiri yang berasal dari negara matahari terbit ini. Meski orang bilang tubuhku terlalu panjang ke atas dan kurang tebal ke samping, aku tak peduli. Itu memang perawakanku. Dengan tinggi 175cm dan berat 45kg, wajar jika orang berkata aku seperti bambu. Aku akui itu.
       Kembali ke alasan. Kalian ingin tahu alasanku? Lihatlah rumah bercat hijau muda dua blok arah kanan dari rumahku. Pasti sekarang kalian sedang melihat seorang wanita yang sedang menyiram bunga-bunga serta tabulampot di balkon sambil bersenandung dengan ceria. Dia bukan nenek kalian, buyut kalian, mbok Ponirah atau mbah Tukiyem ataupun wanita KW13 lain yang kalian ajukan namanya padaku. Tapi dia adalah bidadariku. Bidadari yang hendak kupinang dalam sebulan mendatang. Semoga benar terealisasi.
       Dia, Zafirilia Zhelanie Aquarista. Mungkin kalian heran mengapa wanita cantik yang selalu mengenakan jilbab dengan warna cerah ini menjadi alasanku. Aku ingin melindunginya. Singkatnya seperti itu. Selain untuk melindungi diri sendiri, aku juga ingin menjadi benteng tangguh untuknya supaya tidak ada seorangpun yang bisa menyentuhnya. Bukan overprotektif. Anggap saja berjaga-jaga. Dunia sekarang sudah tidak karuan. Kalian pasti akan menemukan tindak kriminal dimana-mana. Bukan berarti seluruh dunia hanya berisi hal seperti itu, namun kenyataannya berita di televisi saja setiap hari menayangkan berita tentang pembunuhan, perkosaan, penjambretan, perampokan dan lain sebagainya.
       Alasan lainnya? aku ingin mengajarkan olah tubuh ini pada Rista. Rawan juga kan kalau misalnya kami tidak sedang bersama namun dia mendapat "godaan" macam-macam. Maklum, dia cukup atau bahkan sangat populer. Mantan model sih. Begitulah. Kalau nanti aku mengajarkannya secara pribadi kan suasana romantis di antara sepasang suami istri (insya Allah, Amin) bakal tercipta dengan manis kan? Hehe. Bentuk kasih sayang kan tidak harus diwujudkan melalui bunga atau diner di restoran kelas eropa. Lewat karate juga bisa. Tidak ada salahnya. Ya, kan?
       Sudahlah, aku akan melakukan pemanasan dulu, baru setelah itu aku akan melatih gerakan dasar dan jurus-jurus yang sudah diajarkan senpai-ku. Pengulangan itu penting. Karena karate itu bagaikan air panas. Jika tidak terus diletakkan di atas api maka akan padam. Lagipula dengan mengulang gerakan dasar dan jurus, maka gerakan akan semakin mantap. Ada lagi, yait....
       "Ri, Ari! Gawat Ri!" kudengar suara Syamil berteriak memanggilku. Aku sangat mengenal tipe suara logat maduranya. Sudah 4 tahun kami berteman. Benar saja. Sesaat kemudian kulihat dia memasuki halaman rumahku dengan terengah-engah.
       "@da apa to, Mil?" tanyaku tenang.
       Dia masih terengah. Mencari napas sesegera mungkin. Kemudian,
       "Rista, Ri. Rista! Dia terpeleset dari balkon dan jatuh di depan rumahnya. Entah kenapa pula pagar balkonnya tiba-tiba rusak. Sekarang dia dibawa ke rumah sakit. Darahnya banyak yang keluar, kata adiknya kepalanya yang jatuh terlebih dahulu. Ayo Ri! Kita ke rumah sakit sekarang! Kita pakai motormu! Ayo!"
       Kata-kata selanjutnya yang diucapkan Syamil tak terdengar lagi olehku. Aku langsung melesat masuk ke dalam rumah mencari kunci motor dan helm. Aku harus ke rumah sakit. Segera. Sekarang juga. Rista. Rista ada di sana. Menyambung nyawa.
               ****
       Dengan langkah cepat kami menyusuri lorong rumah sakit sambil sesekali menghindari orang-orang yang berjalan ke arah berlawanan. Tak jarang mereka melihat kami dengan wajah yang aneh. Mungkin pikir mereka ,"Hei, ini rumah sakit, bukan lapangan bola, jangan berlarian seenaknya!" Tapi kami tak peduli. Mungkin lebih tepatnya aku yang tidak peduli. Aku kalut.
       Setelah diberitahu bahwa Rista dibawa ke rumah sakit, tidak ada hal lain yang terpikir dalam benakku selain ingin memastikan kondisinya. Sekarang juga.
       Tak berapa lama kami, Aku dan Syamil akhirnya sampai di depan kamar operasi, tempat Rista berjuang menyambung nyawa. Di sana sudah berkumpul beberapa tetangga yang mengantar serta adik Rista, Vani. Mereka tampak gelisah. Sama sepertiku.
       "Bagaimana?" tanyaku.
       "Masih dioperasi, Mas.." jawab Vani lemah sambil sesenggukan.
       Tiba-tiba ruang operasi terbuka. Tanpa komando kami menyatukan langkah mendekat ke sana, namun perawat itu berlalu ke arah lain. Perasaanku semakin tidak menentu. Lampu merah tanda operasi masih berlangsung masih menyala, tapi ada salah seorang perawat yang keluar, tidak biasanya.
       Beberapa saat kemudian, perawat itu mendatangi kami. Wajahnya terlihat agak panik.
       "Maaf, apakah ada di antara keluarga pasien yang bergolongan darah O?"
       Tak ada yang menyahut. Kami saling berpandangan.
       "Saya." sahut Vani tiba-tiba.
       "Maaf, berapa usia Adik?" tanya perawat itu.
       "15."
        Perawat itu hanya menggelengkan kepala.
       "Ada yang lain?"
       Semua membisu.
       "Memangnya ada apa? Mengapa anda menanyakan hal itu? Rista membutuhkan donor darah? Bukannya di setiap rumah sakit pasti tersedia kantong-kantong darah? Mengapa tidak menggunakan itu saja?" dengan tidak sabar aku memberondong perawat itu dengan beberapa pertanyaan sekaligus.
       "Maaf, Mas. Stok darah O habis. Baru saja saya cek. Karena itu saya bertanya kepada kelaurga atau kerabat, apa ada yang bergolongan darah sama. Tapi yang ada hanya Adik yang umurnya belum mencukupi ini. Kami juga berusaha meminta suplai dari PMI terdekat. Permisi." dia berlalu.
       "Maaf." ucapanku menghentikan langkah perawat itu.
       "Rista akan baik-baik saja kan?"
       "Kami akan melakukan yang terbaik. Do'akan saja yang terbaik"
       Aku lemas. Rista membutuhkan donor. Namun stok habis. Yang ada hanya Vani yang belum cukup umur untuk donor. Jika mampu, aku ingin mendonorkan seluruh darahku padanya. Namun itu tak mungkin. Darahku AB. Aku tertunduk lesu. Andai saja orang  tua Rista ada di sini, mungkin keadaan akan lebih baik, namun mereka sedang berada di luar kota.
       Ironis sekali. Golongan darah terbanyak di muka bumi adalah O. Namun mengapa di saat seperti ini, darah itu menjadi begitu langka? Ya Allah... kumohon, selamatkanlah Rista....
       Suasana hening menyelimuti kami. Mungkin batin kami yang berteriak, mengungkapkan segala resah. Ketegangan tak mau pergi dari sisi kami.
       Tiba-tiba terlihat seorang perawat membawa beberapa kantong berisi cairan merah yang kami yakini sebagai darah ke dalam ruang operasi Rista.
       "Alhamdulillah..." ucap kami bersamaan. Sepercik kelegaan membasahi rongga dada kami. Terutama aku. Menurutku. Setelah itu, tak henti-hentinya kami melantunkan do'a. Pelan, namun meyakinkan.

***

      Lampu merah kamar operasi itu mati. Penantian selama kurang lebih satu jam penuh ketegangan berakhir sudah meskipun rasa was-was masih tersisa di antara lega.
      Pembicaraan singkat dengan dokter tak jua menghilangkan kegundahan dari hati kami, karena meskipun selesai operasi, namun kondisi Rista belum sepenuhnya baik. Meski terdengar klasik, namun kami memang hanya bisa berharap dan berdo'a.
      Beberapa jam lagi kami baru bisa melihat kondisi Rista secara langsung. Sekarang masih belum. Kesabaran kami kembali di uji.

***

      Selepas Dhuhur, kami sudah mulai bisa menjenguknya, meskipun dia belum sadar. Saat hendak masuk ruangan ICU itu, hawa dingin serta bau-bau aneh (menurutku) yang sangat menusuk perasaan terasa begitu pekat. Benar-benar suasana rumah sakit.
      Secara bergantian kami mendampinginya selama beberapa saat. Kami memang tidak diperkenankan terlalu lama. Kondisi Rista memang masih sangat lemah. Tapi paling tidak kami ingin memberikan support kasat mata padanya.
      Giliranku tiba. Terakhir. Kudatangi dia dengan perlahan.
      Dia terlihat begitu pucat. Wajahnya masih tampak putih. Matanya sayu. Tergolek tak berdaya dia di ranjang rumah sakit. Berbagai alat medis masih tersambung di badannya. Beberapa penopang nyawanya.
      Aku tak tega melihatnya. Sungguh. Air mataku hendak membludak keluar namun dengan susah payah kutahan. Aku tak ingin memperlihatkan tangisan di hadapannya. Tidak. meskipun dia tidak melihatku. Namun aku ingin memberikan semangat positif padanya.
      Di sampingnya, melihatnya, ingin sekali rasanya aku membagi nyawaku padanya. Ingin kupeluk dia. Ingin kugenggam tangannya. Menggenggam erat jemarinya untuk menyalurkan kekuatan padanya. Namun aku tidak bisa. Belum bisa. Baru sebulan lagi.
      Aku hanya bisa duduk di kursi sebelah ranjangnya. Bertopang dagu di sisi sanjangnya.
      "Ris, bangunlah. Buka matamu, Ris. Kumohon."
      Hening sejenak.
      "Kita akan menikah sebulan lagi, kan? Kalau kamu di sini terus, bagaimana kamu bisa membuat pesta pernikahan yang kamt inginkan? Bagaimana kamu bisa memakai gaun biru muda saat janji suci nanti? Atau gaun pink saat kita di pelaminan? Kamu bilang kamu ingin membuktikan kalau kita pasangan paling cocok dan romantis kan? Karena itu, bangunlah. Aku rindu senyummu. Rindu tawamu. Rindu sosokmu yang ceria dan selalu bahagia. Kumohon, Zafirilia Zhelanie Aquarista, bangunlah."
      Suasana kembali hening. Air mataku sudah menggantung. Sudah saatnya keluar. Tak lupa kulantunkan do'a sebelum aku melangkah keluar.
      Sambil berjalan menuju pintu aku terus berharap semoga tidak lama lagi Rista akan membuka matanya, menyambut dunia.
      Tiiiii.......t
      Deg. Tubuhku membeku. Jantungku seolah berhenti berdetak. Darahku seolah berhenti mengalir. Bulu kudukku merinding. Suara datar dan konstan itu....
      Detik itu pula aku membalik badan dan menghambur ke arah Rista dengan histeris.

############

Rabu, 27 Juli 2011

Aku... Masih......

           Kupercepat langkahku. Meski ototku terus memberontak ingin mengistirahatkan diri, tapi aku tak peduli. Lelah memang, mengingat hari memang sudah beranjak malam dan langit sudah mendung sejak sore, sementara tadi pikiranku telah banyak terkuras dengan banyaknya tugas kuliah, membuatku makin gerah. Staminaku menipis, aku merasa kuliah kadang bisa lebih melelahkan daripada bermain futsal 2 jam. Namun saat ini kelelahan dan istirahat di tengah perjalanan adalah sesuatu yang harus sejenak kulupakan. Hanya demi ini. Sepucuk surat beramplop biru yang dititipkan adik tingkatku. Dari Mbak Risa katanya.


ΩΩΩ


       Assalamualaikum,
       Adit, sebelumnya aku minta maaf karena sebelumnya aku agak lama mengenali siapa Adit ini (lebih tepatnya Adit yang mana). Dan aku juga minta maaf sebelumnya kalau nanti apa yang aku sampaikan dalam surat ini kurang menyenangkan buat Adit.
       Ini tentang apa yang pernah Adit bicarakan sama aku waktu pertama kali kita ketemu, sebenarnya sudah lama aku ingin bicara tapi sayangnya aku tidak tahu gimana cara menghubungi Adit. Berhubung sekarang kita bisa berkomunikasi (meskipun sebatas lewat surat), aku ingin menyampaikan hal ini karena cepat atau lambat aku memang harus menyampaikannya ke Adit.
       Begini, tentang apa yang kamu sampaikan pada waktu pertama kenalan, ada satu hal yang rasanya perlu Adit tahu bahwa sebenarnya dalam mencari pendamping, aku lebih berpikir untuk mencari yang berusia sama atau lebih, bukan sebaliknya (mengingat Adit lebih muda memang). Dan bisa dibilang itu sudah merupakan prinsip. Walau selama ini aku mencoba untuk memikirkan apa yang sudah Adit sampaikan waktu itu, tapi nyatanya aku belum bisa mengubah prinsip itu.
       Karena itu aku minta maaf karena aku memang tidak ingin membuat Adit terus berharap.
Semoga apa yang aku sampaikan ini tidak memutuskan tali silaturrahim kita dan semoga Adit nantinya bisa mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik dari aku. Amin.


Wassalamualaikum…
Risa


       Helaan napasku terdengar begitu jelas di telingaku saat surat itu selesai kubaca. Tidak panjang, tapi mengena. Masih kupandangi surat itu saat malam mulai menangis, tidak jauh berbeda dengan hatiku. Seiring dengan sebuah lagu yang sayup sayup mengalun dari tetangga kosku, air mataku meleleh menuruni relief pipi...


pernah ku simpan jauh rasa ini
berdua jalani cerita
kau ciptakan mimpiku
jujur ku hanya sesalkan diriku

kau tinggalkan mimpiku
dan itu hanya sesalkan diriku

ku harus lepaskanmu
melupakan senyummu
semua tentangmu, tentangku, hanya harap
jauh, ku jauh, mimpiku dng inginku

ku harus lepaskanmu
melupakan senyummu
semua tentangmu, tentangku, hanya harap
semua tentangmu, tentangku, hanya harap
jauh, ku jauh, mimpiku dng inginku



ΩΩΩ


   &nbrp;   Aduuhh... telat nih. Batinku. Gara-gara habis shubuh aku kembali memejamkan mata bagian kedua, alhasil sekarang aku harus menuju kampus dengan langkah terburu. Jam di tanganu sudah menunjukkan pukul 9.12, artinya  3 menit lagi sampai batas akhir toleransi keterlambatan, dan aku masih berada setengah jalan. Wah, bakalan keburu nggak ya...? hatiku terus bertanya-tanya tanpa peduli betapa keras usaha kaki untuk mempercepat langkahnya. Setelah usaha keras, akhirnya aku bisa mendaki anak tangga terakhir menuju kelas 2.3 dan masuk ke kelas Grammaire pada detik-detik terakhir. Huff... aku mengembuskan napas dengan lega.

&&&

       Aku melangkah dengan gontai. Tanpa semangat. Bagaimana tidak, ternyata tadi di kelas Grammaire ada kuis dadakan yang diberikan dosenku, si Killer Bee, begitu kami menjulukinya. Waktu yang diberikannya hanya 30 menit, itu artinya aku hanya mempunyai setengah dari waktu normal untuk menyelesaikan soal-soal yang membuat processor otakku memanas melebihi titik didih. Dan hasilnya bisa ditebak, aku hanya bisa menyelesaikan 15 dari 25 soal yang tersaji. Hal itu tak urung membuatku kesal pada kelalaian diriku sendiri, aku harus berusaha jauh lebih keras untuk mendongkrak nilai akhirku pada kuis dan ujian selanjutnya. Hhhh... aku mendesah di luar dan di dalam hati.
       Musholla fakultasku hanya tinggal berjarak 15-an meter. Aku ingin sejenak berdiam diri di situ sekalian menunggu waktu sholat dhuhur tiba untuk mendinginkan kepalaku yang masih sangat panas. Namun sejurus aku melihat sosok yang tidak asing bagiku. Sosok yang membuatku jatuh hati. Sosok yang kukagumi bukan hanya dari penampilannya, namun juga kepribadiannya. Dia yang selalu menutup tubuhnya rapat-rapat dengan jilbab yang mempunyai perpaduan warna yang manis. Dia yang kaget ketika tiba-tiba aku memperkenalkan diri sambil langsung menyatakan bahwa suatu saat ingin berdampingan dengannya di pelaminan. Dia yang kuanggap sebagai wanita tersempurna yang pernah kutemui di dunia ini. Dia yang beberapa hari lalu mengirimkan sepucuk surat beramplop biru kepadaku. Dia, Mbak Risa.
       Langkahnya anggun begitu keluar dan menapaki lorong depan musholla. Sambil tetap menundukkan pandangannya, dia menyusuri jalannya. Menuju ke arahku. Mendadak aku menjadi gugup. Beberapa langkah lagi kami akan berpapasan, namun aku bingung harus berbuat apa. Haruskah aku menyapanya? Haruskah? Haruskah? Hatiku belum memberikan keputusannya. Aku masih merasa sungkan padanya, tapi.... ah... akhirnya kami berpapasan, dan kami sempat bertatap muka barang sedetik. Pada saat itu pula, dengan pelan serta keraguan yang masih memenuhi dada, suaraku bisa keluar.
       "Mbak Risa..." sapaku sambil mencoba menyunggingkan senyum walaupun mungkin masih terlihat kaku.
       Dia membalas dengan senyuman manis yang terukir di bibirnya. Kelegaan tiba-tiba merebak. Seolah dahaga berkepanjangan yang dihapuskan oleh kesegaran air tejun yang tiada duanya. Aku tersenyum. Kini, pada diriku sendiri. Dia, masih tersenyum padaku. Kemudian, hatiku turut menyumbang suara ,"Mbak, tahukah?? Aku masih sangat menyayangimu. Walaupun tak kau tahu."
        Pintu musholla sudah ada di depanku, lalu kubuka dengan pelan.

&&&&####$$$$$