Mungkin sudah menjadi takdir jarak kita selamanya tujuh
hari. Biarpun kabisat akan menyela setiap separuh windu tapi jarak kita tidak
akan pernah berubah. Tetap seperti itu. Meski tahun kita tidak sama, tak apa. Meski
aku tak pernah tahu engkau tahun berapa, bukanlah sebuah problema. Jarak kita
selalu sama. Karena itu aku tak akan pernah lupa.
Pesan terakhir di sosial media tahun lalu kepadamu sama dengan
tanggalmu. Akan bertahan berapa lama seperti itu akupun tak tahu. Akan berapa
pesan lagi dengan tanggal yang sama akan terkirim padamu akupun masih akan
bertanya pada waktu. Aku hanya berharap semoga engkau tidak bosan menerima
pesanku, setiap tanggalmu.
Dengan jarak tanggal kita yang hanya seminggu, sering aku merenung
akankah selamanya seperti itu. Akankah jarak kita di dunia nyata akan selalu
sama dengan tanggal kita? Selalu terpisah dan tak akan bersama? Aku tak ingin
membuang asa, karena masih ada kemungkinan bersama. Usaha yang akan selalu
kulakukan via aksi dan do’a. Pelan tapi pasti.
Berapa lama lagi waktu yang tersisa untukku jangan engkau
menanyaiku. Aku hanya mengharapkan bahwa masih tersedia tempat untukku nantinya
untuk bersanding bersamamu seperti yang selama ini aku impikan beribu kali,
dalam lamun dan mimpiku. Tak pernah aku merasa jemu jika itu tentangmu. Karena aku
mengharap engkau salah satu bahagiaku. Karena aku selalu berharap bahwa engkau
adalah seseorang yang sudah ditakdirkan untuk kucintai sejak dituliskan di
Lauhul Mahfudz. Benar tidaknya biar nanti misteri menyingkap tirainya dengan cerita
kebersamaan kita meski jarak kita yang selalu sama.
Aamiin.... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar