Adakah
di antara kalian ada yang percaya pada ungkapan “Cinta pada pandangan pertama”
a.k.a “Love at the first sight” alias “Un coup de foudre”? Adakah yang pernah
mengalaminya? Tak percaya pun tak masalah, tapi kenyataannya hal itu yang
terjadi padaku. Jujur aku lupa persisnya tanggal berapa kala itu. Yang kuingat
hari itu adalah hari pertama acara Student Day di bulan September (kalau tidak
salah) tahun 2009. Student Day itu bisa dibilang acara lanjutan ospek yang
diadakan pada akhir minggu. Acara yang menurutku membosankan karena pasti
banyak bentak-bentakan yang sudah terlalu banyak aku terima di acara ospek. Karena
itu aku dan rekan sekelompokku hanya menganggapnya sebagai pemenuhan kewajiban
saja, tidak ada antusiasme yang tampak dari kami. Ya, sejak pagi seperti itulah
mood kami sekelompok. Pagi yang sedikit berangin di Malang saat itu. Mentari muncul,
namun masih agak malu. Pertama kami dikondisikan di lapangan parkir depan
fakultasku. Kemudian senior pendamping yang kami sebut sebagai Advisor mulai keluar
dari dalam fakultas dan satu persatu berdiri sekitar 3-4 meter di depan kami. Tentu
mereka menghadap kami.
Saat
kukira semua Advisor sudah berkumpul, muncul seorang kakak Advisor perempuan
yang menyusul rekan-rekannya yang sudah berkumpul. Dia memakai kerudung dan rok
hitam lengkap dengan jas almamater yang menutup pakaiannya. Saat dia berjalan
angin pagi sedikit menggodanya. Kerudung yang dijulurkannya sampai dada, serta
rok panjangnya tak pelak tertiup searah angin berhembus. Semakin dia mendekat,
semakin jelas pula parasnya. Cantik? Jika aku disuruh menilai dari 1-10, aku
takkan ragu memberi nilai 9 atau 9,5 atau bahkan sekalian 10! Cantik, manis,
tampak anggun, kalem, bersahaja di antara balutan jilbab syar’inya. Jujur saja,
di antara Advisor perempuan yang lain, hanya segelintir yang menggunakan jilbab
sepertinya. Rata-rata mereka menggunakan yang langsung pakai, atau kalaupun
tidak, mereka tidak menjulurkan sampai menutup dadanya. Rok? Jangan ditanya. Mayoritas
memakai celana. Aku bukannya melecehkan, tidak. Sama sekali tidak. Aku hanya
ingin membuat perbandingan, betapa jarangnya gadis yang berpenampilan
sepertinya. Sangat jarang sekali. Ditambah dengan parasnya yang ayu, sangatlah
pantas menurutku jika dia layak disebut “Limited Edition”. Seketika itu pula
aku jatuh hati padanya. Jika sempat aku mencuri pandang ke arahnya jika para
senior Timlap sedang tidak bertugas di dekatku. Menikmati indahnya pemandangan
melalui ciptaan Tuhan berwujud bidadari yang turun ke bumi. Jika boleh
kutambahkan, dia adalah gadis tersempurna yang pernah kutemui sepanjang
hidupku.
Siapa
dia? Dia kadang kusebut dengan Hinata Neesan atau kadang Première Déesse. Di blog
ini beberapa kali aku menyebutnya. Mengapa aku jarang menyebut nama aslinya? Karena
statusku sebagai secret admirer. Haha. Kalian boleh saja tertawa. Sebenarnya sudah
bukan secret lagi sejak aku mengungkapkan secara langsung perasaanku padanya,
bahwa aku suatu saat ingin menikah dengannya. Kejadian yang sudah berlangsung hampir
4 tahun lalu (lain kali akan kubahas). Responnya positif namun negatif. Bingung?
Dia menolakku dengan halus, itu bahasa lainnya. Yang membuatku masih menjadi secret
admirer adalah karena aku masih menyimpan rasa sebagai seorang lelaki padanya. Dan
dia sepertinya tidak tahu. Kuharap dia tidak tahu jika aku masih menjadi secret
admirer-nya. Mengapa? Masalah itu dibahas lain kali saja.
Dan
untuk sekedar informasi saja, bahwa hari ini, 28 Januari, adalah hari ulang
tahunnya. Aku tak tahu yang ke berapa, yang jelas dia lebih tua daripada aku. Mungkin
2-3 tahun di atasku. Yang jelas aku turut berbahagia di hari kelahirannya ini. Aku
memang tidak bisa memberi apa-apa (karena kurasa dia juga akan menolaknya),
namun aku masih bisa mengirimkan do’a untuknya. Do’a untuk segala kebaikan dan
keberkahan dalam hidupnya. Do’a yang kupanjatkan secara tulus dari lubuk hati
terdalam untuk dia yang kusayang. Untuk kebahagiaannya apapun akan kulakukan. Aku
memang belum tahu apakah dia akan menjadi jodohku atau tidak. Karena itulah aku
masih belum menyerah, sekecil apapun kemungkinan itu. Saat menyerah paling tepat
adalah ketika aku menemukan pendampingku atau saat dia telah melengkungkan
janur kuning di kediamannya. Yang mana yang akan terjadi? Biarkan waktu yang
akan menjawabnya. Hal terpenting adalah kebahagiaannya adalah kebahagiaanku
juga. Senyumnya adalah senyumku juga. Jika nanti dia memang jodohku, aku patut
bersyukur mendapatkan gadis sepertinya, terlepas dari apapun kekurangannya. Jikalaupun
dia menjadi jodoh orang lain, maka aku akan tetap menyayanginya. Namun bukan
lagi rasa sayang sebagai lelaki, namun sebagai saudara. Untuk kebahagiaannya,
tidak ada kata tidak.
Sekali
lagi aku mengucapkan (karena tadi sudah mengucapkan walaupun tidak bertatap
muka secara langsung) Otanjoubi Omedetou, Nee... semoga segala kebaikan dan
keberkahan tak henti dicurahkan-Nya dalam hidupmu, Aamiin... di manapun kamu
berada, do’aku selalu bersamamu... maafkan segala kelemahanku yang masih belum
bisa beranjak untuk melepas hatiku yang terlanjur tertambat padamu...
wohoooo...co cwiit kakak :D
BalasHapusmakasih adeek... ^_^
BalasHapus