Satine,
Dilema Hati Berakhir Tragedi
Moulin
Rouge, sebuah film yang dirilis di awal millenium baru yang meraih
beberapa penghargaan bergengsi di ajang film internasional. Salah
satu penghargaan tersebut diraih oleh sang aktris utama bernama
Satine yang diperankan dengan sangat baik oleh Nicole Kidman. Satine,
“aktris utama” dengan daya tarik dan daya pikat luar biasa di
Moulin Rouge, tempat hiburan yang semakin hidup dan meriah di malam
hari, Di Paris.
Satine,
yang notabene telah menjadi seorang penghibur selama bertahun-tahun,
yang hanya bertugas menemani dan melayani tamu-tamu “ayah”-nya,
Tuan Zidler, sang pemilik Moulin Rouge, suatu hari bertemu Christian,
seorang penulis yang dikiranya seorang Duke yang harus dia layani
atas pemintaan Tuan Zidler. Christian-lah yang perlahan-lahan
memberikan perubahan dalam hidupnya yang selama ini seperti itu-itu
saja. Christian-lah yang membuat dia menambah lagi satu daftar peran
sandiwaranya. Christian pula yang membuatnya merasakan dilema besar
yang mungkin selama ini tak pernah dirasakan selama hidupnya.
Bagi
Satine, menjadi seorang penghibur adalah memberikan kesenangan dan
pelayanan terbaik bagi para tamu, tak peduli bagaimanapun kondisinya,
dia suka atau tidak, dia sakit atau tidak, orang-orang tak peduli.
Yang mereka inginkan mereka melihat Satine, Sang Bintang Utama
menghibur mereka. Satine sangat menyadari itu, jadi meskipun di awal
cerita dia sempat pingsan di tengah pertunjukan, dia langsung
berpura-pura dalam keadaan baik ketika Tuan Zidler melihat
kondisinya. Dia tidak ingin membuat orang lain mencemaskan
keadaannya, terutama pada Tuan Zidler, sosok yang mungkin sudah
dianggapnya seorang “ayah” yang telah “merawat” dan
“mengasuh”-nya selama ini. Satine harus selalu tampak sehat demi
melanjutkan kehidupan di Moulin Rouge.
Karena
hal itu, Satine menolak ketika Christian menyatakan perasaan
kepadanya. Meskipun awalnya dia cukup tertarik dengan Christian namun
dia menegaskan bahwa tidak mungkin bisa mereka bersama. Dia berkata
bahwa dia seorang pelacur, dan dia tidak membutuhkan cinta untuk
menjalani pekerjaannya itu. Memang itulah kenyataannya. Seorang
penghibur atau pelacur seperti Satine, bisa dibilang hanya
membutuhkan paras yang cantik dan kemampuan memuaskan tamunya. Dia
harus mengesampingkan segala perasaan dalam menjalani profesinya ini.
Meskipun tidak suka, dia harus berkata suka, meskipun sedih dia harus
berkata bahagia, yang terpenting tamu tersebut senang dan mungkin
“ketagihan” untuk kembali lagi. Begitulah tuntutan profesinya
yang tak membutuhkan perasaan, cukup kepura-puraan yang ditampakkan
melalui wajah rupawan.
Prinsip Satine itu diuji ketika ada seorang Duke yang mengatakan
kepada Tuan Zidler bahwa dia menyukai Satine dan dia ingin
benar-benar memiliki Satine. Sementara Christian tetap mengatakan
bahwa dia mencintai Satine pula, bahkan dia sempat mengajak Satine
untuk pergi dari Moulin Rouge, namun ditolak karena Satine berkata
bahwa tempat itu adalah rumahnya. Dia tidak bisa pergi dari situ.
Apalagi mengkhianati Zidler yang selama ini telah merawatnya. Namun,
lama kelamaan prinsipnya itu luntur seiring dengan kegigihan
Christian untuk mendapatkan cintanya. Pilihan yang sempat ditentang
oleh Zidler, karena dia tetap berkata bahwa Duke menginginkan Satine.
Duke memiliki segalanya tapi Christian tidak. Dia hanya penulis
miskin yang pada saat kritis di awal cerita menawarkan konsep baru
kepada Duke untuk membuat pertunjukan drama musikal untuk menutupi
kesalahpahaman yang sempat terjadi dan supaya Duke tidak curiga jika
dia dekat dengan Satine karena dia adalah penulis ceritanya.
Satine
seolah tidak peduli dengan hal itu. Mungkin dia sudah terlanjur jatuh
hati kepada Christian. Hal yang sangat jarang terjadi di lingkungan
seperti itu, lingkungan yang tidak membiarkan perasaan bisa
berkembang begitu saja, karena hal itu dipandang tidak berguna dan
tidak menghasilkan apa-apa untuk menyambung hidup. Satine memutuskan
untuk bersandiwara supaya Duke tidak curiga dan segalanya berjalan
lancar. Namun suatu hari Duke akhirnya mengetahui kenyataan bahwa
Satine mempunyai perasaan kepada Christian, dia akhirnya mengancam
Satine untuk meninggalkan Christian jika tidak Christian akan
dibunuh. Tentu saja hal ini membuat perasaan Satine menjadi semakin
tidak karuan karena dia dihadapkan di dua pilihan yang sangat sulit.
Namun dengan tegar, di tengah penyakit yang juga semakin membuatnya
sekarat, dia memutuskan untuk meninggalkan Christian untuk
menyelamatkan hidupnya. Keputusan yang tidak mungkin bisa dibuat oleh
orang yang mempunyai ketegaran yang luar biasa. Sekali lagi dia harus
bersandiwara untuk meyakinkan Christian bahwa dia tidak mencintainya
dan hanya berpura-pura saja selama ini, sama seperti pekerjaannya.
Christian yang tidak tahu menyangka bahwa Satine mengkhianatinya,
namun di akhir dia mengetahui bahwa Satine memang mencintainya karena
di atas panggung Satine membalas ungkapan perasaannya meskipun pada
akhirnya Satine harus meninggal di atas panggung. Akhir yang tragis
bagi seorang aktris. Aktris yang tidak hanya pandai bersandiwara di
panggung namun di kehidupan nyata.
Di cerita ini, perubahan sifat
Satine tidak akan terjadi tanpa adanya Christian. Tokoh Christian
yang polos dan tulus seolah diciptakan untuk menggoyahkan keyakinan
yang selama ini dipegang oleh Satine bahwa dia tidak membutuhkan
cinta. Tokoh ini seolah berbicara bahwa semua orang tak peduli
siapapun dia, berhak untuk mendapatkan cinta, bahkan pelacur
sekalipun. Karena itu dia dengan tulus memberikan cintanya kepada
Satine. Karena hidup tanpa cinta itu kebahagiaan hampa, seperti yang
mungkin dirasakan oleh Satine selama menjadi penghibur, meskipun dia
bisa tertawa dengan gelimangan harta dari orang-orang kaya yang
memakai jasanya, namun dia tidak benar-benar bahagia di dalam
bathinnya. Selain itu, pada dasarnya manusia itu membutuhkan cinta
untuk mengungkapkan perasaan, tidak mungkin seorang manusia bisa
menghilangkan perasaan dan kebutuhan dasarnya, bagaimanapun itu.
Selain itu, si tokoh seolah berkata bahwa semua orang bisa mencintai
siapa saja, tidak peduli siapa dia dan dari mana dia, seperti dia
yang seorang penulis yang mencintai pelacur seperti Satine.
Sementara itu, tokoh Duke
berperan untuk menambah konflik bathin bagi Satine. Terutama ketika
Satine sadar bahwa dia tidak bisa lagi melakukan hal yang biasa dia
lakukan sebagai penghibur kecuali kepada orang yang dia sayangi, dia
tidak bisa mengkhianati perasaannya. Konflik bertambah dengan ancaman
sang Duke yang akan membunuh Christian. Tokoh Duke ini juga
mengingatkan bahwa terkadang di dunia ini masih ada saja orang yang
ingin memenuhi ambisinya tak peduli bagaimanapun caranya. Terutama
hal ini tentu dilakukan oleh orang yang berkuasa. Sangat beruntung
bagi Satine yang memiliki ketegaran yang luar biasa, meskipun dia
dihadapkan kepada pilihan yang sulit, dia tetap memilih, dia tidak
berhenti namun dia tetap maju. Dia tidak memutuskan untuk mengakhiri
hidup daripada merasakan beban yang begitu berat, tapi dia tetap
menjalaninya karena dia masih menyimpan harapan, meskipun hidupnya
tidak lama lagi. Hal yang mungkin harus digarisbawahi di jaman yang
seperti ini, dimana banyak sekali ditemukan orang yang dengan
mudahnya memutuskan untuk mengakhiri hidup karena tidak kuat
menanggung beban yang dimiliki. Padahal seharusnya masih ada harapan
yang bisa mereka raih jika tetap maju menjalani kehidupan.
Pesan lain yang bisa
didapatkan dari tokoh utama Satine ini adalah kita tidak boleh takut
untuk memilih hal yang memang sesuai dengan kehendak hati kita, namun
kita tidak boleh lupa untuk berani menanggung segala konsekuensi
pilihan yang telah kita buat, karena banyak sekali yang berani
memilih tapi tidak mau menanggung akibatnya. Dan juga kita harus
bijak dalam menentukan suatu pilihan supaya tidak ada penyesalan di
akhir, meskipun berakhir tragis seperti Satine. Tapi pastinya bisa
kita lihat bahwa Satine tidak menyesal dengan apa yang telah dipilih
dan dijalaninya, dia lega dengan semua itu, dia bisa melewati segala
dilema besar dengan teguh sehingga dia meninggalkan senyum di akhir
hayatnya.
Praditya Dian Tami Anggara
0911130007