"Kata Bagai Udara Yang Tak Pernah Habis... Bagai Bintang Yang Mampu Menyeberangi Dimensi Secara Dinamis..."

Sabtu, 23 Juli 2011

Dan Dia tersenyum

"Hei, tahukah kamu? Setiap aku mendengarkan lagu ini, aku selalu teringat masa saat kita baru saling mengenal. Ya. Lagu ini adalah salah satu lagu favoritku sejak awal keluarnya. Lagu yang menurutku romantis. Mungkin menurutmu juga, karena itu juga lagu kesukaanmu.
       Lagu yang selalu kau putar ketika kita saling berbagi cerita melalui sambungan telepon. Waktu itu kita belum pernah bertatap muka, kan? Tapi entah kmengapa aku merasa kita cukup atau sangat dekat waktu itu. Padahal awalnya aku hanya iseng-iseng mencoba mengirimkan pesan singkat gara-gara temanku yang mungkin ingin “menjodohkan” kita.       
       Namun siapa sangka pembicaraan kita bisa meluas ke mana-mana? Cerita ringan, karaoke ria, bahkan entah kau sadari atau tidak, kau telah berbagi padaku tentang cerita pribadimu. Tentangmu yang sebenarnya menaruh hati kepada seseorang yang sangat dekat denganmu, dan yang sering, selalu membuatmu tertawa. Membawa kebahagiaan di sela warna hidupmu yang lain.
       Kau sering menceritakannya padaku. Dan aku juga bertukar cerita denganmu, tentang masa laluku, tentang cerita patah hatiku. Banyak. Berjam-jam kita lalui tiap harinya. Hanya lewat suara. Kamu juga pernah minta dininaboo'in, yang awalnya kuanggap cukup aneh bagiku, meninabobo kan seorang cewek. Hehe, Tapi alhasil kupilihlah lagu Drive untuk mengantarmu mengarungi mimpi. Semua itu kulakukan biasa saja, apa adanya namun entah lama kelamaan mengapa pula aku merasa ini bukan hanya sekedar perasaan biasa. Aku merasa lebih dari itu.
       Tanpa kusadari, sedikit banyak aku telah menaruh hati padamu. Pastinya kamu tak tahu. Karena tak pernah kuungkapkan hal ini kepadamu. Karena kurasa kau pada saat itu tidak sedang ingin menjalin rasa. Aku tahu, kala itu hatimu sedang patah dan hampa karena seseorang yang kamu suka hanya menganggapmu sebagai saudara, dan saat itu dia sempat menggoreskan luka padamu. Aku tahu. Ya, darimu. Tentu saja darimu.
       Aku ingin sekali berkata padamu, aku ada untukmu, kamu bisa mencurahkan semua yang kamu mau padaku. Namun aku tak kulakukan itu. Hatimu sedang tertidur. Aku sadar diri, karena itu aku mundur teratur. Mengubur rasa yang mulai bersemi, agar tiada tumbuh lagi. Ya, karena memang bukan waktunya, bahkan mungkin bukan jalannya.
       Untuk itulah aku berdiam dalam hati, hari demi hari hingga rasa itu bukan rasa ingin memiliki namun rasa sebagai sahabat sejati. Hingfa akhirnya hatimu telah dibangunkan pangeran, yang nantinya akan mengajakmu bersama hingga pelaminan. Alhamdulillah dan Bismillah, semoga itu bukan sekedar harapan. Dan aku tetap bahagia di sini, karena insya Allah rasa itu akan, sedang, telah berevolusi menjadi rasa persaudaraan. Semoga dimudahkan dan diabadikan. Karena aku juga ingin setia kepada hati lain yang kusinggahi kali ini. Mari kita sama-sama menggapai mimpi di jalan kita sendiri…."

      Rendy akhirnya meletakkan pena di samping diarynya.
      "Wiihh... panjang juga ya??" gumamnya
     Kemudian dia beranjak dari kursi, menarik otot-otonya yang terasa kaku karena cukup lama berdiam diri di depan meja belajarnya. meskipun memang tidak untuk belajar, tapi menulis diar. Kebiasaannya yang tidak pernah hilang sejak SD. Perlahan dia mendekati jendela, membukanya lebar-lebar dan menghirup dalam-dalam udara malam. setelah memejamkan sebentar matanya, sejenak membiarkan udara malam itu mengisi rongga-rongga tubuhnya, dia menatap langit. melihat hamparan langit biru yang menjadi gulita namun dihiasi oleh kerlipan bintang gemintang yang bertrilyunan jumlahnya. Dan dia tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar