"Hei, tahukah kamu? Setiap aku mendengarkan lagu ini, aku selalu
teringat masa saat kita baru saling mengenal. Ya. Lagu ini adalah salah
satu lagu favoritku sejak awal keluarnya. Lagu yang menurutku romantis.
Mungkin menurutmu juga, karena itu juga lagu kesukaanmu.
Lagu yang selalu kau putar ketika kita saling berbagi cerita melalui
sambungan telepon. Waktu itu kita belum pernah bertatap muka, kan? Tapi
entah kmengapa aku merasa kita cukup atau sangat dekat waktu itu.
Padahal awalnya aku hanya iseng-iseng mencoba mengirimkan pesan singkat
gara-gara temanku yang mungkin ingin “menjodohkan” kita.
Namun siapa sangka pembicaraan kita bisa meluas ke mana-mana? Cerita
ringan, karaoke ria, bahkan entah kau sadari atau tidak, kau telah
berbagi padaku tentang cerita pribadimu. Tentangmu yang sebenarnya
menaruh hati kepada seseorang yang sangat dekat denganmu, dan yang
sering, selalu membuatmu tertawa. Membawa kebahagiaan di sela warna
hidupmu yang lain.
Kau sering menceritakannya padaku. Dan
aku juga bertukar cerita denganmu, tentang masa laluku, tentang cerita
patah hatiku. Banyak. Berjam-jam kita lalui tiap harinya. Hanya lewat
suara. Kamu juga pernah minta dininaboo'in, yang awalnya kuanggap cukup
aneh bagiku, meninabobo kan seorang cewek. Hehe, Tapi alhasil kupilihlah
lagu Drive untuk mengantarmu mengarungi mimpi. Semua itu kulakukan
biasa saja, apa adanya namun entah lama kelamaan mengapa pula aku merasa
ini bukan hanya sekedar perasaan biasa. Aku merasa lebih dari itu.
Tanpa kusadari, sedikit banyak aku telah menaruh hati padamu. Pastinya
kamu tak tahu. Karena tak pernah kuungkapkan hal ini kepadamu. Karena
kurasa kau pada saat itu tidak sedang ingin menjalin rasa. Aku tahu,
kala itu hatimu sedang patah dan hampa karena seseorang yang kamu suka
hanya menganggapmu sebagai saudara, dan saat itu dia sempat menggoreskan
luka padamu. Aku tahu. Ya, darimu. Tentu saja darimu.
Aku
ingin sekali berkata padamu, aku ada untukmu, kamu bisa mencurahkan
semua yang kamu mau padaku. Namun aku tak kulakukan itu. Hatimu sedang
tertidur. Aku sadar diri, karena itu aku mundur teratur. Mengubur rasa
yang mulai bersemi, agar tiada tumbuh lagi. Ya, karena memang bukan
waktunya, bahkan mungkin bukan jalannya.
Untuk itulah aku
berdiam dalam hati, hari demi hari hingga rasa itu bukan rasa ingin
memiliki namun rasa sebagai sahabat sejati. Hingfa akhirnya hatimu telah
dibangunkan pangeran, yang nantinya akan mengajakmu bersama hingga
pelaminan. Alhamdulillah dan Bismillah, semoga itu bukan sekedar
harapan. Dan aku tetap bahagia di sini, karena insya Allah rasa itu
akan, sedang, telah berevolusi menjadi rasa persaudaraan. Semoga
dimudahkan dan diabadikan. Karena aku juga ingin setia kepada hati lain
yang kusinggahi kali ini. Mari kita sama-sama menggapai mimpi di jalan
kita sendiri…."
Rendy akhirnya meletakkan pena di samping diarynya.
"Wiihh... panjang juga ya??" gumamnya
Kemudian dia beranjak dari kursi, menarik otot-otonya yang terasa kaku
karena cukup lama berdiam diri di depan meja belajarnya. meskipun memang
tidak untuk belajar, tapi menulis diar. Kebiasaannya yang tidak pernah
hilang sejak SD. Perlahan dia mendekati jendela, membukanya lebar-lebar
dan menghirup dalam-dalam udara malam. setelah memejamkan sebentar
matanya, sejenak membiarkan udara malam itu mengisi rongga-rongga
tubuhnya, dia menatap langit. melihat hamparan langit biru yang menjadi
gulita namun dihiasi oleh kerlipan bintang gemintang yang bertrilyunan
jumlahnya. Dan dia tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar