"Kata Bagai Udara Yang Tak Pernah Habis... Bagai Bintang Yang Mampu Menyeberangi Dimensi Secara Dinamis..."

Rabu, 21 Desember 2011

Ulasan Psikologi Tokoh Satine Dalam Film "Moulin Rouge"


Satine, Dilema Hati Berakhir Tragedi

          Moulin Rouge, sebuah film yang dirilis di awal millenium baru yang meraih beberapa penghargaan bergengsi di ajang film internasional. Salah satu penghargaan tersebut diraih oleh sang aktris utama bernama Satine yang diperankan dengan sangat baik oleh Nicole Kidman. Satine, “aktris utama” dengan daya tarik dan daya pikat luar biasa di Moulin Rouge, tempat hiburan yang semakin hidup dan meriah di malam hari, Di Paris.
        Satine, yang notabene telah menjadi seorang penghibur selama bertahun-tahun, yang hanya bertugas menemani dan melayani tamu-tamu “ayah”-nya, Tuan Zidler, sang pemilik Moulin Rouge, suatu hari bertemu Christian, seorang penulis yang dikiranya seorang Duke yang harus dia layani atas pemintaan Tuan Zidler. Christian-lah yang perlahan-lahan memberikan perubahan dalam hidupnya yang selama ini seperti itu-itu saja. Christian-lah yang membuat dia menambah lagi satu daftar peran sandiwaranya. Christian pula yang membuatnya merasakan dilema besar yang mungkin selama ini tak pernah dirasakan selama hidupnya.
         Bagi Satine, menjadi seorang penghibur adalah memberikan kesenangan dan pelayanan terbaik bagi para tamu, tak peduli bagaimanapun kondisinya, dia suka atau tidak, dia sakit atau tidak, orang-orang tak peduli. Yang mereka inginkan mereka melihat Satine, Sang Bintang Utama menghibur mereka. Satine sangat menyadari itu, jadi meskipun di awal cerita dia sempat pingsan di tengah pertunjukan, dia langsung berpura-pura dalam keadaan baik ketika Tuan Zidler melihat kondisinya. Dia tidak ingin membuat orang lain mencemaskan keadaannya, terutama pada Tuan Zidler, sosok yang mungkin sudah dianggapnya seorang “ayah” yang telah “merawat” dan “mengasuh”-nya selama ini. Satine harus selalu tampak sehat demi melanjutkan kehidupan di Moulin Rouge.
        Karena hal itu, Satine menolak ketika Christian menyatakan perasaan kepadanya. Meskipun awalnya dia cukup tertarik dengan Christian namun dia menegaskan bahwa tidak mungkin bisa mereka bersama. Dia berkata bahwa dia seorang pelacur, dan dia tidak membutuhkan cinta untuk menjalani pekerjaannya itu. Memang itulah kenyataannya. Seorang penghibur atau pelacur seperti Satine, bisa dibilang hanya membutuhkan paras yang cantik dan kemampuan memuaskan tamunya. Dia harus mengesampingkan segala perasaan dalam menjalani profesinya ini. Meskipun tidak suka, dia harus berkata suka, meskipun sedih dia harus berkata bahagia, yang terpenting tamu tersebut senang dan mungkin “ketagihan” untuk kembali lagi. Begitulah tuntutan profesinya yang tak membutuhkan perasaan, cukup kepura-puraan yang ditampakkan melalui wajah rupawan.
          Prinsip Satine itu diuji ketika ada seorang Duke yang mengatakan kepada Tuan Zidler bahwa dia menyukai Satine dan dia ingin benar-benar memiliki Satine. Sementara Christian tetap mengatakan bahwa dia mencintai Satine pula, bahkan dia sempat mengajak Satine untuk pergi dari Moulin Rouge, namun ditolak karena Satine berkata bahwa tempat itu adalah rumahnya. Dia tidak bisa pergi dari situ. Apalagi mengkhianati Zidler yang selama ini telah merawatnya. Namun, lama kelamaan prinsipnya itu luntur seiring dengan kegigihan Christian untuk mendapatkan cintanya. Pilihan yang sempat ditentang oleh Zidler, karena dia tetap berkata bahwa Duke menginginkan Satine. Duke memiliki segalanya tapi Christian tidak. Dia hanya penulis miskin yang pada saat kritis di awal cerita menawarkan konsep baru kepada Duke untuk membuat pertunjukan drama musikal untuk menutupi kesalahpahaman yang sempat terjadi dan supaya Duke tidak curiga jika dia dekat dengan Satine karena dia adalah penulis ceritanya.
         Satine seolah tidak peduli dengan hal itu. Mungkin dia sudah terlanjur jatuh hati kepada Christian. Hal yang sangat jarang terjadi di lingkungan seperti itu, lingkungan yang tidak membiarkan perasaan bisa berkembang begitu saja, karena hal itu dipandang tidak berguna dan tidak menghasilkan apa-apa untuk menyambung hidup. Satine memutuskan untuk bersandiwara supaya Duke tidak curiga dan segalanya berjalan lancar. Namun suatu hari Duke akhirnya mengetahui kenyataan bahwa Satine mempunyai perasaan kepada Christian, dia akhirnya mengancam Satine untuk meninggalkan Christian jika tidak Christian akan dibunuh. Tentu saja hal ini membuat perasaan Satine menjadi semakin tidak karuan karena dia dihadapkan di dua pilihan yang sangat sulit. Namun dengan tegar, di tengah penyakit yang juga semakin membuatnya sekarat, dia memutuskan untuk meninggalkan Christian untuk menyelamatkan hidupnya. Keputusan yang tidak mungkin bisa dibuat oleh orang yang mempunyai ketegaran yang luar biasa. Sekali lagi dia harus bersandiwara untuk meyakinkan Christian bahwa dia tidak mencintainya dan hanya berpura-pura saja selama ini, sama seperti pekerjaannya. Christian yang tidak tahu menyangka bahwa Satine mengkhianatinya, namun di akhir dia mengetahui bahwa Satine memang mencintainya karena di atas panggung Satine membalas ungkapan perasaannya meskipun pada akhirnya Satine harus meninggal di atas panggung. Akhir yang tragis bagi seorang aktris. Aktris yang tidak hanya pandai bersandiwara di panggung namun di kehidupan nyata.
Di cerita ini, perubahan sifat Satine tidak akan terjadi tanpa adanya Christian. Tokoh Christian yang polos dan tulus seolah diciptakan untuk menggoyahkan keyakinan yang selama ini dipegang oleh Satine bahwa dia tidak membutuhkan cinta. Tokoh ini seolah berbicara bahwa semua orang tak peduli siapapun dia, berhak untuk mendapatkan cinta, bahkan pelacur sekalipun. Karena itu dia dengan tulus memberikan cintanya kepada Satine. Karena hidup tanpa cinta itu kebahagiaan hampa, seperti yang mungkin dirasakan oleh Satine selama menjadi penghibur, meskipun dia bisa tertawa dengan gelimangan harta dari orang-orang kaya yang memakai jasanya, namun dia tidak benar-benar bahagia di dalam bathinnya. Selain itu, pada dasarnya manusia itu membutuhkan cinta untuk mengungkapkan perasaan, tidak mungkin seorang manusia bisa menghilangkan perasaan dan kebutuhan dasarnya, bagaimanapun itu. Selain itu, si tokoh seolah berkata bahwa semua orang bisa mencintai siapa saja, tidak peduli siapa dia dan dari mana dia, seperti dia yang seorang penulis yang mencintai pelacur seperti Satine.
Sementara itu, tokoh Duke berperan untuk menambah konflik bathin bagi Satine. Terutama ketika Satine sadar bahwa dia tidak bisa lagi melakukan hal yang biasa dia lakukan sebagai penghibur kecuali kepada orang yang dia sayangi, dia tidak bisa mengkhianati perasaannya. Konflik bertambah dengan ancaman sang Duke yang akan membunuh Christian. Tokoh Duke ini juga mengingatkan bahwa terkadang di dunia ini masih ada saja orang yang ingin memenuhi ambisinya tak peduli bagaimanapun caranya. Terutama hal ini tentu dilakukan oleh orang yang berkuasa. Sangat beruntung bagi Satine yang memiliki ketegaran yang luar biasa, meskipun dia dihadapkan kepada pilihan yang sulit, dia tetap memilih, dia tidak berhenti namun dia tetap maju. Dia tidak memutuskan untuk mengakhiri hidup daripada merasakan beban yang begitu berat, tapi dia tetap menjalaninya karena dia masih menyimpan harapan, meskipun hidupnya tidak lama lagi. Hal yang mungkin harus digarisbawahi di jaman yang seperti ini, dimana banyak sekali ditemukan orang yang dengan mudahnya memutuskan untuk mengakhiri hidup karena tidak kuat menanggung beban yang dimiliki. Padahal seharusnya masih ada harapan yang bisa mereka raih jika tetap maju menjalani kehidupan.
Pesan lain yang bisa didapatkan dari tokoh utama Satine ini adalah kita tidak boleh takut untuk memilih hal yang memang sesuai dengan kehendak hati kita, namun kita tidak boleh lupa untuk berani menanggung segala konsekuensi pilihan yang telah kita buat, karena banyak sekali yang berani memilih tapi tidak mau menanggung akibatnya. Dan juga kita harus bijak dalam menentukan suatu pilihan supaya tidak ada penyesalan di akhir, meskipun berakhir tragis seperti Satine. Tapi pastinya bisa kita lihat bahwa Satine tidak menyesal dengan apa yang telah dipilih dan dijalaninya, dia lega dengan semua itu, dia bisa melewati segala dilema besar dengan teguh sehingga dia meninggalkan senyum di akhir hayatnya.

Praditya Dian Tami Anggara
0911130007

Senin, 12 Desember 2011

Di Suatu Sore


Di suatu sore, pinggir danau yang berkilau tertimpa matahari senja.
.........
day: Mengapa? Mengapa kau mengatakan itu padaku?
mat: Salahkah aku? Salahkah aku mengatakannya padamu?
day: Tidak. Mungkin.
mat: Lalu? Mengapa? Sudah kubilang sebelumnya bahwa aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku. Mengungkapkan harapanku padamu. Kau boleh menjawabnya, boleh tidak.
day: Tapi mengapa kau bisa mengatakan bahwa kau menaruh hati padaku sementara kau sering membicarakan kenanganmu dengan gadis lain? Di depan mataku.
mat: Ayolah, dia bukan siapa-siapaku. Dia hanya sahabat.
day: Tapi kau juga menaruh hati kepadanya kan?
mat: Dulu. Itu masa lalu. Itu hanyalah kenangan yang telah tersapu oldh waktu. Tidak ada hubungannya dengan saat ini.
day: Lalu mengapa kau ceritakan semua itu padaku? Menceritakan kenangan-kenangan indahmu bersamanya? Kenangan yang sampai sekarang masih terpatri dengan jelas di ingatanmu? Dengan binar mata dan kata-kata yang memujanya?
mat: ...
day: Mengapa kau diam? Tak bisakan kau jawab pertanyaan kecilku ini?
mat: Baiklah. Alasanku menceritakan semua itu kepadamu adalah bahwa aku ingin mengungkapkan padamu kalau dia, gadis itu, sahabatku itu, hanyalah masa lalu dari perjalanan cintaku. Tak lebih dari itu. Dia sudah bersuami kau tahu. Sementara, aku berharap bahwa engkau adalah bagian masa depanku.
day: Apa?
mat: Ya. Aku berharap bisa mengarungi sisa hidupku ini bersamamu.
day: Tidak mungkin.
mat: Mengapa?
day: Karena...
mat: Karena apa? Aku tak sempurna? Aku tak pantas untukmu? Ya, aku akui itu. Aku memang masih hina saat ini, tapi aku ingin menjadi permata di hatimu suatu saat nanti, tak peduli seberapa lama waktu yang harus kulewati. Asalkan kau ada di sisi sampai mati pun akan kujalani.
day: Bukan... bukan itu.
mat: Lalu apa? Katakanlah. Katakan saja apa yang hatimu mau. Setelah itu aku akan berlalu, jika memang itu maumu.
day: Aku tak lagi bisa menjadi masa depanmu. Tiga hari lalu.
mat: Maksudmu?
day: Kau belum memahaminya? Aku telah diperistri.
mat: Apa?
day: Ya. Aku sudah bersuami.
*****

Minggu, 11 Desember 2011

Au Secours

Je vois qu'il n'ya personne qui sait
Je vis parmi l'humidite et l'obscurite
Personne ne reve de m'imiter
D'imaginer ce que je fais

Elles ont tort, vraiment elles ont tort
La sagesse et ses promesses
Vide de sens aux apparences de l'or
Et me blessent au paradis des deesses

Reff: Partout, ils sont tous des bijoux
 Et moi au bout, je suis le bijou fou
 Au secours, je m'habiille devant un miroir noir
 Tout le temps, le matin et le soir
 Au secours, je vous attendrai
 Pour me regarder, me lever, et me detacher

Alors, dites-moi doucement
Amenez-moi lentement
Loin de ce chaos bruyant
Mais je ne m'arreterai jamais
Je trouverai la cle

8 decembre 2011



Tolonglah aku

Kulihat tiada seorangpun tahu
Aku hidup diantara kelembaban dan kegelapan
Tak ada orang yang meniru
Bahkan membayangkan apa yang kulakukan

Salah, benar-benar salah
Kebijakan dan janji-janjinya
Tanpa arti di balik emasnya wajah
Dan hanya melukaiku di dalam surga dan bidadarinya

Dimanapun, mereka semua adalah permata
Sementara aku di sana, hanyalah permata gila
Tolonglah aku, aku yang berhias di cermin hitam
Sepanjang waktu, pagi dan malam
Tolonglah aku, Aku masih menunggumu
Melihatku, membangkitkanku dan membebaskan aku

Katakan padaku penuh kelembutan
Temani aku perlahan
Untuk menjauh dari segala kebisingan
Namun aku tak akan pernah menghentikan langkah kaki
Karena akan kutemukan kunci hidup ini

11 Desember 2011